Introduksi

Artikel ini sebuah fragmen panjang yang berisikan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, beberapa surat-surat yang ditulis oleh para kamerad kami, para revolusioner pemberani yang ditangkap dan dipenjarakan oleh penguasa atas keberanian aksi penentangan mereka. Para sahabat yang telah dengan sepenuh hati menyalakan api untuk memulai perang sosial. Mereka adalah para anarkis – dan juga di saat yang bersamaan adalah para nihilis – yang penuh hasrat terus bergerilya menentang kekuatan-kekuatan penindas. Perang perebutan kendali total atas otonomi hidup tanpa negara dan kapitalisme. Orang-orang ini – yang dengan sangat bangga kami sebut sebagai saudara – bukanlah martir ataupun pahlawan seperti even-even revolusi di masa lampau. Tetapi hanyalah manusia yang menolak untuk diam dan membiarkan dirinya beroperasi seperti mesin dan tunduk pada otoritas. Lebih dari itu, dengan tendensi baru yang mereka deklarasikan – anarkis individualis, nihilis anti sosialis – menjadi sama pentingnya dengan segala keberhasilan dan kegagalan yang menyertainya. 
Kami memutuskan untuk mempublikasikan teks-teks yang memiliki keterkaitan dengan mereka karena ini adalah salah wujud solidaritas kami terhadap mereka. Individu-individu yang telah memilih sebuah jalan sunyi, perang panjang melawan dominasi, koersi dan kegersangan hidup. Sebuah taktik yang secara jujur masih menimbulkan perbedaan di iklim pasifisme yang mayoritas. Mereka yang hari ini secara fisik terpenjara namun terbukti jauh lebih bebas dari masyarakat spectacle hari ini.  


Juga sebagai yang paling pertama yang mengambil kesempatan untuk mendistribusikan tawaran dan ide-ide mereka dengan segala kontroversi yang menyertainya.  Sebuah permulaan untuk metode gerilya kota baru. Sebuah perang simultan yang diarahkan langsung ke target-target penting – semua properti dan para penyokong sistem eksploitatif ini – semendesak provokasi perang sosial melawan negara dan kapital. 


Terjemahan-terjemahan ini dikerjakan secara bersama oleh Reuben Augusto, Sophie Martini dan Rallu Su’ Uwae dan dipublikasikan sebagai bagian-bagian kecil yang bertautan di NEGASI. Keseluruhan naskah didapatkan dari situs 325 Collective dalam publikasi anonimus berkala mengenai perkembangan terkini para kamerad yang dipenjarakan oleh sistem bernama: Dark Nights yang kemudian dikompilasikan dalam sebuah buku: Our Lives Of Burning Vision. Semuanya adalah sebagai suplemen tambahan energi untuk perang sosial mengabolisi negara dan kapital.


Panjang umur aksi langsung! 


Panjang umur gerilya kota baru!

* * *

Kostas Sakkas dan Alexandros Mitrousias dipenjara pada tanggal 7 Desember 2010, karena diduga menjadi bagian dari "organisasi teroris". Mitrousias dikirim ke penjara Patras dan Sakkas dikirim ke penjara Navplio. Empat orang lainnya tetap terindikasi dan dalam penyelidikan. Senjata api ditemukan dan terbukti dimiliki oleh dua rekan yang tidak terbukti pernah digunakan dalam aksi-aksi "teroris" sesuai dengan semua laporan balistik dan forensik. 

3 Januari 2011

Karena krisis ekonomi global, yang merupakan konsekuensi dari kebangkrutan model kapitalis dan kebijakan ekonomi neo-liberal di negara-negara barat dan pemerintahan-pemerintahan pada khususnya, serangan terbesar dan paling masif kepada populasi dunia secara umum, dan terutama pada masyarakat yang memiliki link-link "terlemah" di zona Euro dari ekonomi baru dunia ketiga, yang dilepaskan oleh (dan tidak hanya) Kapital besar internasional. 

Perubahan struktural dan langkah-langkah penghematan yang dibebankan sebagai mekanisme dukungan kepada ekonomi-ekonomi "sakit", sehingga mereka dapat mencapai "pembersihan" mereka, sebagai target dan hasil dari perubahan tata kelola ekonomi dunia, dengan persyaratan yang lebih menguntungkan untuk para bos. 

Untuk para bos yang berada di luar juga yang ada di dalam batas-batas negara. Untuk para bos yang menyimbolkan Kapital besar dan kecil. Seperti dalam kasus Yunani, perekonomian negara yang termasuk dalam mekanisme dukungan dan menerapkan langkah-langkah penghematan, terbukti sebagai hasil penyusutan tenaga kerja dan potensi tenaga kerja tersebut. 

Dan hal ini terjadi dalam usaha besar juga usaha kecil. Pada mereka dengan kepentingan asing, tapi juga pada mereka dengan kepentingan lokal. 

Privatisasi dan terjual habisnya nasib masyarakat dan perusahaan publik yang bermanfaat, yang tidak pernah benar-benar merupakan milik orang-orang Yunani dan yang juga uangnya tidak pernah benar-benar dimanfaatkan untuk mereka, sama sekali tidaklah disengaja. Hal ini bukanlah tergantung pada hasil penjualan mereka, juga bukan ditentukan menurut terminologi memorandum, atau melalui reduksi defisit ekonomi dan harga persentase dari PDB (Produk Domestik Bruto), karena dalam beberapa cara telah dianggap wajar, namun apakah semua itu bisa membayar lunas semua hutang pinjaman Yunani yang telah diterima, seperti sekarang dimana negara Yunani yang tenggelam terus menerus lebih dan semakin tenggelam ke dalam mekanisme dari rentenir internasional (IMF, Bank Sentral Eropa). 

Sebaliknya kecanggungan posisi ekonomi dari negara yang mana telah diserahkan kepada, Kapital privat tidak terlalu canggung, tetapi peluang investasi begitu besar, sehingga sulit bagi seseorang untuk percaya bahwa penanganan pemerintah menentang mekanisme 'dukungan' dan penerimaan tanpa syarat dari memorandum, adalah disengaja. Sebaliknya telah jelas bahwa keuntungan para bos domestik dengan situasi ekonomi yang sama dengan para bos internasional dan kepentingan mereka – setidaknya secara ekonomi adalah sama. 

Mayoritas masyarakat, mungkin tidak merasa krisis ekonomi dalam terminologi pasar dunia, peran bursa saham, penipuan dan hubungan Euro dan Dolar, namun jelas merasakan "krisis" dari hutang Yunani, yang menjadi krisis dari pinjaman, yang diterjemahkan ke dalam memorandum, sehingga berarti berbagai pemotongan upah, pensiun, dan benefit. 

Serangan terhadap hak-hak buruh dan kesejahteraan, reduksi terhadap belanja publik dan manfaat, peningkatan pajak, pengangguran dan standar hidup umum, berhubungan dengan kemiskinan eksistensial, dengan segera menjadi jelas dan berderap sangat cepat. 

Namun konvulsi anti-memorandum dari media sangat penting untuk memelihara "perdamaian" sosial dalam kedaulatan sistem, kurang lebih seperti anestesi dalam operasi kritis, yang tidak bisa membersihkan kerusakan operasi dari Negara sebelum memorandum dan integrasi negara untuk mekanisme monitoring (obligasi terstruktur, dana asuransi kosong, "lubang hitam", skandal ekonomi, pay-off dll) dan terutama tidak dapat membuat masyarakat Yunani bebas, sedangkan bagian terbesar, berada di bawah penyanderaan rezim, tidak semenjak kedatangan Troika[1], tapi semenjak dahulu, sejak negara Yunani ada dan sejak para bos nasional pertama-tama hadir. 

Langkah-langkah penghematan ini dan perintah memorandum yang dipaksakan, membatalkan dalam prakteknya konstitusi itu sendiri. Ini adalah hasil penghapusan dari setiap keyakinan palsu dari karakter sosial Negara, suatu hal yang pasti menciptakan prospek dari revolusi sosial refleksi massa. 

Secara spontan, reflektif, tanpa karakteristik ideologis-politik seperti dalam mayoritas, namun hanya sebuah pemberontakan. Bagi mereka yang berjuang untuk serangan dan kehancuran Negara dan strukturnya, adalah sebuah tantangan. Satu lagi front untuk mengganggu ketertiban operasinya. Abstainitas yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pemilihan walikota terakhir, dengan mempertimbangkan jajak pendapat yang didominasi keraguan dan memilih untuk "tidak siapapun", mobilisasi dan serangan massa dengan karakteristik kekerasan dan agresif, hukuman mati tanpa pengadilan terhadap orang-orang dari berbagai latar belakang politik dari setiap mekanisme partai di jalan, hanyalah sebuah contoh dari kondisi dari apa yang mesti diikuti. 

Bagi mereka yang mengambil praktek sebagai ragam sisi perjuangan untuk revolusi dan penciptaan prospek untuk itu. Bagi mereka yang melawan kedaulatan Negara dan para bos, tetapi juga menyerahkan bahwa ini adalah isyarat untuk eksistensi hal tersebut. Bagi mereka yang terus melawan, melampaui periodisasi, musim dan situasi ekonomi, melawan semua kekuasaan dan representasi mereka, apa pun ekpresi sisi bidang sosialnya dan reproduksinya, baik dari sisi yang kuat, atau dari sisi lemah yang disepakati, setiap krisis tidak berarti apa-apa selain alasan lain, kesempatan lain untuk perjuangan, terhadap Modal, besar dan kecil, terhadap kekuatan Euro tetapi juga Drachma (mata uang Yunani sebelumnya) yang tidak diperhitungkan, terhadap bos asing juga bos domestik, para sandera situasi dari bagian luar mekanisme, tetapi juga mekanisme internal eksploitasi.


PERANG MELAWAN NEGARA DAN KAPITAL UNTUK REVOLUSI, KEBEBASAN DAN OTONOMI SOSIAL 

Sejak 10 Desember 2010, saya adalah sandera berikut dari rezim demokratis dan saya dipenjarakan di salah satu sel di lembaga pemasyarakatan, termarginalisasi, terisolasi dan dendam terhadap Negara. Dimana makanan tidak selalu cukup, tapi heroin yang berlebihan. Dimana zat psikotropika lebih dari apa yang ada dalam gudang rumah sakit. Dimana kalimat disiplin tersedia setiap hari dan kehangatan adalah kemewahan. Dimana kehadiran tikus, hama dan kecoak berlangsung terus menerus, bertentangan dengan kebersihan. Dimana sel yang dalam spesifikasi mereka adalah untuk 2 individu, terdapat 4 tempat tidur dan mereka membuat 6-7 orang tidur di situ, dimana aturan lembaga pemasyarakatan dan hak-hak para tahanan, terus-menerus dan terang-terangan dirusak, tapi sistem keselamatan dan pemantauan canggih, bekerja dengan sempurna dan pintu sel selalu tertutup tepat waktu. 

Menteri keadilan, penuntut umum dan para pelayan yuridis harus tahu, bahwa di mana orang-orang seperti mereka membuang limbah masyarakat, ada martabat dan solidaritas dan hal ini tidak dapat dinilai atau dipenjara. 

PERJUANGAN TERUS BERLANJUT 

Kostas Sakkas  

[1] Troika adalah sebutan untuk tiga kekuatan (IMF, Uni Eropa, Bank Sentral Eropa) yang hari ini mendikte ekonomi Yunani.
Untuk segera di kirim secepatnya kepada Pemerintah Indonesia  di Jakarta
21 April 2011

Dikirimkan kepada:
Kedutaan Besar Indonesia
38 Grosvenor Square
London W1K 2HW

Kepada siapapun yang menaruh perhatian terhadap hal ini,

Lebih dari 30.000 petani di kawasan pinggir pantai di kabupaten Kulon Progo, provinsi Yogyakarta dengan tegas menentang proyek Tambang Pasir Besi yang diloloskan oleh pemerintah Indonesia bekerjasama dengan perusahaan multi nasional dari Australia PT Indomine/PT Jogja Magasa Iron.



Mereka (para petani di Kulon Progo) telah melaporkan berbagai aksi dari pemerintah lokal dan nasional juga tindakan dari perusahaan multi nasional Australia. Mereka juga telah melaporkan berbagai tindakan represif dari militer atas perintah negara, brutalisasi terhadap penduduk lokal dan semua percobaan untuk memanipulasi dan koersif yang dilakukan oleh perusahaan tambang, para pengusaha, LSM dan tentu saja oleh negara Indonesia.

Tindakan penambangan akan merusak keunikan ekosistem dan merusak bukit pasir di Kulon Progo yang menjadi koridor migrasi bagi burung burung yang bermigrasi. Lebih dari itu, ekstraksi dari besi akan membuat lingkungan tinggal dari 123.601 petani dan nelayan berada dalam bahaya. Tuntutan untuk terus melakukan proyek penambangan mesti segera dihentikan. Mereka (masyarakat Kulon Progo) juga mengingkan penghentian tindakan represif terhadap masyarakat lokal yang terus menentang serangan terhadap tanah dan masyarakat mereka.

Kampanye (penentangan) telah dimulai dan akan terus dilanjutkan oleh berbagai kelompok jika proyek pertambangan ini terus dilanjutkan. Keprihatian dan kepedulian internasional akan berubah menjadi penentangan dan solidaritas internasional: dengan warga Indonesia di luar negeri yang menaruh perhatian (terhadap isu ini) dan perusahaan tambang Australia adalah tersangka utama sebagai yang bertanggung jawab penuh terlibat dalam represi terhadap masyarakat Kulon Progo dan penghancuran lingkungan dan penghancuran sosial di area tersebut bersama seluruh habitat di dalamnya.

Seperti pernyataan dari kelompok yang lain, bahwa pemerintah Indonesia mesti secepatnya membatalkan Kontrak Kerja dari PT JMI (Jogja Magasa Iron) dan membiarkan pengelolaan lingkungan tersebut kepada penduduk lokal. Kekerasan terhadap penduduk lokal mesti dihentikan. Mereka tidak menginginkan proyek penambangan ini terus dilanjutkan.

Dengan ketulusan,

Network of Solidarity with the People of Kulon Progo
(Jaringan Solidaritas kepada Masyarakat Kulon Progo)


Diterjemahkan dengan bebas oleh Sophie Martini untuk NEGASI dan dalam rangka kampanye dan solidaritas penolakan agenda tambang di pesisir pantai Kulon Progo. Teks asli dalam bahasa Inggris dapat ditemukan di sini
Tulisan di bawah ini, kami bajak dari: Bara Wera, sebuah  weblog yang mendokumentasikan perjuangan warga di Wera di Bima, Nusa Tenggara Barat menentang masuknya tambang pasir di daerah mereka. Sebuah aksi mempertahankan hidup yang sekarang sedang menjadi target dari akumulasi keuntungan Kapital dan Negara. Distribusi informasi ini adalah bentuk solidaritas kami terhadap semua bentuk perjuangan otonom dan horizontal di setiap tempat. Sebagai sebuah gelombang besar dari kemarahan dan kemuakan setiap individu yang menolak hidup sekedarnya dan menjadi mesin.
* * *
Sudah puluhan tahun bangsa ini merdeka namun, penjajahan, penjarahan kekayaan alam dan perbudakan masih terus berlangsung dan jauh lebih menyedihkan dari model penjajahan, penjarahan, dan perbudakan sebelumnya karena penjajahan, perbudakan saat ini justru di lakukan oleh pemerintah Negara ini.


Praktek penjajahan dapat kita saksikan lewat berbagai regulasi terkait pertambangan yang dibuat oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan tujuan melegalkan dan memudahkan pejarahan kekayaan alam di negeri ini. Sebut saja di antaranya, KepMendag No 38 tahun 2008 yang meniadakan bea Pungutan bagi bahan baku ekspor jenis pasir Besi, selain itu pemerintah pusat juga memberikan keleluasaan bagi para pemodal tambang melalui dua kebijakan perundangan yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Minerba dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, lewat kebijakan tersebut juga pemerintah daerah diberi kekuasaan untuk mengeluarkan ijin pertambangan.

Upaya pemerintah melegalkan penjarahan kekayaan alam di negeri ini di mulai sejak era pemerintahan Soeharto dengan memberikan ijin pada PT. Freeport  pada tahun 1973, perusahaan ini telah mengeruk kekayaan alam dan menghancurkan bumi Papua, Beberapa contoh lain, adalah PT. Newmont Minahasa Raya yang telah mengusir ribuan kepala yang mendiami pesisir pantai buyat akibat pencemaran laut dan, warga yang mendiami pesisir pantai kec. Maje Kab. Kaur, Bengkulu telah kehilangan mata pencaharianya akibat aktifitas penambangan pasir besi oleh PT. Selomoro Banyu Artho.

Sampai saat ini, penjarahan masih terus berlangsung. Mayarakat yang mendiami pesisir pantai Kec Wera Kab. Bima, NTB menjadi sasaran selanjutnya dari kerakusan para pemodal. Berdasarkan Surat Keputusan Nomor 406 dan 407 Tahun 2004, Zainul Arifin yang saat itu menjabat sebagai Bupati Bima memberi keleluasaan PT Jagad Mahesa Karya, PT Indomining Karya Buana, PT Global Resurse, PT Lianda Intan Mandiri untuk mengeruk pasir di sepanjang pesisr pantai Wera dengan target ekspor perusahaan tersebut sebesar 200.000 ton perbulannya. Surat keputusan tersebut di keluarkan sama sekali tidak melibatkan warga yang mendiami pesisr pantai Wera.

Dampak yang akan timbul akibat beraktifitasnya perusahaan tersebut hancurnya kehidupan warga yang mendiami daerah tersebut. Lahan pertanian dan pemukiman warga yang sangat  dekat dengan pantai akan lenyap akibat abrasi yang di akibatkan oleh aktifitas pengerukan pasir. Belum lagi dalam proses pemurniaan pasir membutuhkan air dalam jumlah yang cukup besar tentunya akan mempengaruhi ketersediaan ari bagi kehidupan harian warga dan untuk kebutuhan irigasi pertaniannya, selain itu, kehadiran perusahaan tersebut telah merusak hubungan sosial di tingakatan warga yang bermukim di pesisir pantai Wera.

Warga yang merasa terancam dengan aktivitas penambangan melakukan perlawanan dan di mulai sejak tahun 2008 dan selalu mendapatkan tekanan yang represif dari aparat keamanan dan preman-preman yang dibayar oleh pihak perusahan. Sudah berkali-kali pihak aparat menyerang secara membabibuta di perkampungan warga akibatnya sudah puluhan warga yang pernah di tangkap dan di pukuli oleh aparat dan preman.

Sudah banyak korban yang berjatuhan demi mempertahankan tanah dan kehidupan. Perlawanan masih dan akan terus dikobarkan sampai titik darah penghabisan hingga perusahaan tambang pasir besi angkat kaki dari pesisir pantai Wera.
Komunike di bawah ini ditulis dan dipublikasikan pertama kali oleh Milisi Pecundang. Sebagai respon menyambut pemilihan kepala daerah (bupati) di kabupaten Sidoarjo. Sebuah kabupaten yang sebagian besar daerah pemukimannya terkena luapan lumpur akibat aktifitas tanpa batas dari PT LAPINDO BRANTAS. Anak perusahan dan bagian integral dari Bakrie Group, kepunyaan konglomerat bajingan Aburizal Bakrie dan keluarganya.

Lapindo Brantas adalah anak korporasi dari Energi Mega Persada, yang dimiliki oleh Bakrie & Brothers - salah satu kapitalis besar di Indonesia - yang menghancurkan kehidupan komunitas di beberapa kecamatan di Sidoarjo. Tak puas merebut tanah dan kehidupan masyarakat, mereka juga hendak memapankan posisi mereka dengan memasukkan 3 petinggi korporasi; Yuniwati (Vice President PT. Lapindo Brantas Inc), Bambang Prasetyo Widodo (Direktur Utama PT. Minarak Lapindo Jaya), dan Gesang Budiarso (Komisaris PT. Minarak Lapindo Jaya) sebagai calon Bupati Sidoarjo 2010 - 2015. Pencalonan itu diprotes oleh anak-anak muda yang dijadikan tumbal oleh korporasi. Mereka memprotes dengan membuat karya seni jalanan. Protes tersebut bukan hanya ditujukan kepada para calon Bupati dari Bakrie & Brothers, tapi pada semua bentuk kekuasaan yang tersentral dan hierarkis. Perlawanan terhadap kekuasaan dan korporasi pun terus berjalan.

Komunike ini sebagai salah satu bagian dari perjuangan di atas, bagi kami masih tetap mempunyai arti penting hari ini, mesti peristiwa tersebut telah lewat. Sebagai bahan pengingat juga evaluasi langsung terhadap perjuangan panjang melawan NEGARA dan KAPITAL yang tengah berlangsung hari ini.

Panjang umur perjuangan otonom !!! 
Panjang umur solidaritas horizontal !!!
Panjang umur insureksi !!!

* * *

(untuk para saudaraku sepermainan lumpur di Porong-Sidoarjo)



Hari ini sekali lagi, kehidupan kalian ditentukan oleh sepotong kertas dan sebentuk kotak. Ditentukan oleh segerombolan penjahat yang sebelumnya telah menenggelamkan rumah di mana kalian berbagi kehangatan kala pagi.

Mereka juga adalah orang-orang yang menenggelamkan sawah dan ladang dimana cinta dan harapan kalian tanam lalu disirami keringat dan kerja keras. 

Para begundal itulah yang pernah mengingkari kejahatan yang mereka lakukan sehingga hingga kini, kalian masih tetap berada di sini. Di barak-barak penampungan yang penuh gangguan penyakit, rasa tak nyaman serta kegelisahan dan teror akan hari esok yang tak kunjung berubah. 

Dan hari ini sekali lagi, mereka dengan jelas-jelas mengangkangi kalian. Mempecundangi rasa sakit serta pedih yang mencambuki kalian selama lebih dari 4 tahun. Mereka dengan sengaja menyiramkan perih ke dalam penantian kalian, karena memang tangisan dan rintih itu tak cukup kuat untuk memaksa mereka menengok ke arah kalian. 

Tak akan mungkin itu terjadi. Sebab licinnya jas mereka yang berharga jutaan rupiah jauh lebih berharga ketimbang senyum anak-anak kalian, dbandingkan dengan keriangan yang telah dimusnahkan oleh lumpur-lumpur. Bagi mereka jauh lebih utama adalah berbicara tentang hitung-hitungan politik sembari mengatur tentang pembagian wilayah kekuasaan masing-masing orang. Mereka adalah segelintir orang yang diuntungkan karena masih banyak dari kita yang diam. 

Kini mereka mengirimkan undangan ke dalam barak-barak yang sudah sekian lama mengakrabi kita. Mengajak kita dengan dusta agar mau terlibat dalam kasak-kusuk pesta mereka. Pesta demokrasi yang tak akan pernah menjadi milik kita. Tak akan bisa menjawab mengapa hingga sekarang masih saja kita terpinggirkan dan dianggap lalu, mengeras di barak-barak ini. 

Sementara mereka dengan enteng mengatur tentang jadwal kampanye, memasang baliho berukuran raksasa, menentukan hari dan tempat-tempat pemilihan. Lalu menyeret kita agar mau memberikan satu tusukan di sebuah gambar, memasukkan itu ke kotak kosong sekosong janji mereka, dan membiarkan jari kita dilumuri tinta berwarna. 

Jangan saudaraku. Jangan kau biarkan itu sampai terjadi. Jangan pula kau bekukan amarah dan rasa muak itu hanya dalam mimpi. Cairkan ia dibawah matahari agar bisa menjadi tumpahan minyak yang menjalar dan membakar semuanya. Semua prasasti kegetiran yang tak cukup hanya dibahasakan dengan kertakan gigi. 

Semuanya kini harus lebih dari sekedarnya. Bukan hanya sekedar acungan tinju seperti yang ditawarkan oleh kaum kebanyakan. Namun sebuah tinju yang mesti telak menghancurkan rahang musuhmu. Memberi mereka sebuah pertanda, bahwa di kegelapan barak-barak penampungan ini, kita telah bersepakat. Tak akan lagi kita biarkan penantian kita menjadi iringan musik saat mereka menari. Telah kita mulai sebuah perang yang tak akan berhenti hingga semuanya hancur dan runtuh. 

Oleh karenanya, adalah benar jika kau putuskan untuk menggalang sebanyak mungkin saudara kita yang lain agar menjadi lesu. Menjadi pemalas dan tak berkeinginan lagi menyambangi kotak-kotak suara itu. Biarkan para penakut memilih pemimpin untuk diri mereka sendiri. Kita tak butuh itu. 

Juga benar jika kau kuatkan hati saudaramu, agar mau teguh dalam pertempuran yang baru saja dimulai. Jangan kecut agar tak mudah terbeli seperti mereka yang lain. Ajarkan juga kepada saudara kita yang lain agar berani mewakili diri sendiri. Biar esok, kita tak butuh lagi orang-orang bodoh dan pengecut yang bicara atas nama kita. 

Sebarkan ranjau untuk penguasa dan para pemilik pabrik itu dimanapun bisa kau letakkan. Semaikan sebanyak mungkin perintang-perintang berduri agar mereka tak bisa mendekati kalian. Namun bersihkanlah hatimu dari duri dan biarkan ketulusan memandumu mengarahkan anak panah. 

Tetaplah kau tegak dihadapan musuh dan yakini bahwa sebuah kemenangan akan datang jika kita mengajak semakin banyak kawan berperang bersama. Jangan ragu untuk mengabarkan ke seluruh sudut tentang keberanian kalian menentang penguasa. Sekecil apapun itu. 

Asahlah hatimu agar menjadi berani dan juga awas. Menjadi liar namun tetap penuh perencanaan. Jangan sampai biarkan dirimu dipukul mundur oleh mereka. Lalu mulailah untuk saling membagi hangatnya perjuangan bersama saudara-saudara kita yang hatinya masih kedinginan. 

Percayalah pada dirimu sendiri, pada kemampuanmu, pada saudara dan sahabatmu. Orang-orang yang tetap mendukung dan mau bersamamu menyeberangi lautan lumpur ini. Jangan takabur dan congkak jika sekali musuh dipukul mundur. Namun siapkan dirimu untuk sebuah perang terbuka yang jauh lebih besar dan melelahkan. 

Kita adalah saudara. Aku akan berperang disampingmu. Mari!!!


Milisi Pecundang
(24 Juli 2010 - Ketika terdengar kabar buruk itu)

Berita di bawah ini adalah sebuah seruan sekaligus undangan solidaritas kepada siapapun yang tengah memperjuangkan totalitas hidup dan kebebasan dari dominasi NEGARA dan KAPITAL. 

NEGASI LIBERTANIA mendapatkan berita ini dari catatan seorang kamerad di sebuah jejaring sosial. Kami memilih mengambil inisiatif untuk mendistribusikan berita ini secara luas kepada semua orang, kepada setiap individu yang sempat berkunjung ke weblog sederhana ini. Mengabarkan bahwa seorang kawan telah diserang oleh negara dengan menggunakan penjara sebagai alat represi. Semenjak kami sendiri paham bahwa serangan untuk mengabolisi NEGARA dan KAPITAL juga mesti diarahkan kepada penghancuran dari semua properti dan institusi yang mendukung beroperasinya koersi dan dominasi hari ini. 

Seorang kombatan kami, sebutlah "U"  telah beberapa bulan mendekam di institusi penjara akibat aksi-aksi ilegalnya. Dalam beberapa waktu lagi dia akan bebas dengan jaminan. Oleh karena itu kami mengharapkan solidaritas dari kawan-kawan untuk mengeluarkan individu bebas ini dari penjara mikro yang mengkarakteristikan masyarakat kita. "U" adalah seorang kombatan, ilegal atau pun tidak, Ia patut mendapatkan dukungan dari kita semua. 

Jumlah uang yang dibutuhkan kurang lebih berjumlah: Rp. 500.000 s/d Rp.1.000.000 (harap hubungi email di bagian bawah untuk konfirmasi sebelum mengirim dan sesudah melakukan transaksi di bank) 

Bagi mereka yang mau bersolidaritas, menyumbangkan sebagian uang mereka, sangat kami hargai. Besar kecilnya jumlah bukanlah sebuah ukuran untuk sebuah solidaritas. 

Kirimkan donasi anda ke:

BRI Cabang Taman Lan Rea, 
No. rekening : 0403-01-000285-50-3
atas nama: Irfan Saraputra
 

atau dapat dikirim ke:

Bank Central Asia (BCA)
No. rekening : 0372701640 
atas nama: Debora Dian Utami

info lebih lanjut: mplenget@alphabetthreat.co.uk

FIRE TO THE PRISONS !!!
DOWN WITH STATE and CAPITAL !!!
FREEDOM FOR ALL IMPRISONER !!!
Wolfi Landstreicher 

Jika kita memeriksa banyak perdebatan saat ini di kalangan anarkis tentang peradaban, teknologi, progres, anarki hijau versus anarki merah dan seterusnya, kita dibiarkan mendapat kesan bahwa kritik peradaban baru-baru ini muncul dalam pemikiran anarkis dan revolusioner. Tapi kesan ini salah, dan berbahaya bagi kita yang memiliki perspektif anti-peradaban revolusioner.

Faktanya, seorang revolusioner yang mempertanyakan peradaban, teknologi dan progres dapat ditemukan di seluruh sejarah pemikiran revolusioner modern. Charles Fourier dengan tawaran sosialis utopisnya "Harmony"  menentang ketidakharmonisan dari "Peradaban". Beberapa yang paling radikal dari kaum Romantis (Blake, Byron dan Shelly adalah beberapa diantaranya) secara jelas tidak percaya industrialisme dan alasan kegunaannya.


Tapi kita bisa membawa hal-hal tersebut lebih dekat ke pangkalnya dengan melihat anarkis di abad ke-19. Tentu Bakunin tidak memiliki masalah dengan teknologi industri. Meskipun ia tidak berbagi iman Marx yang hampir mistik dalam kapasitas pembangunan industri untuk menciptakan landasan teknis bagi komunisme global, ia juga tidak melihat segala sesuatu secara inheren mendominasi dalam struktur sistem industri. Bahkan, konsepnya mengenai pekerja yang mengambilalih organisasi masyarakat melalui organisasi ekonomi dan industri mereka sendiri pada akhirnya menjadi basis dari anarko-sindikalisme. (Perkembangan ini, bagaimanapun, adalah berbasiskan kesalahpahaman, karena Bakunin cukup jelas menyatakan bahwa organisasi ini bukanlah sesuatu yang dapat dikembangkan atas basis ideologi yang berada diluar perjuangan langsung dari para pekerja, melainkan bahwa itu adalah sesuatu yang akan dikembangkan para pekerja untuk diri mereka sendiri dalam perjalanan perjuangan mereka. Karena itu ia tidak menyarankan bentuk khusus untuk itu). Meskipun demikian., seruan Bakunin untuk sebuah "pelepasan nafsu jahat" dari ketertindasan dan eksploitasi dilihat oleh banyak revolusioner saat ini yang lebih masuk akal sebagai panggilan barbar untuk kehancuran peradaban. Dan Bakunin sendiri menyerukan "penghancuran peradaban borjuis" bersama dengan "kehancuran semua Negara" dan "organisasi bebas dan spontan dari bawah ke atas, dalam pengertian asosiasi-asosiasi bebas". Tapi Bakuninis Perancis kontemporer, Ernest Coeurderoy, kurang lebih sama dalam penolakannya terhadap peradaban. Dia mengatakan hanya: "Dalam peradaban, saya seperti tumbuh-tumbuhan, Aku tidak bahagia, atau orang merdeka, mengapa kemudian harus saya ingin agar pembunuh ini dilestarikan? Tak ada alasan lagi untuk melestarikan sesuatu yang membuat bumi menderita." Dan Coeurderoy, bersama dengan Dejacque dan revolusioner anarkis lainnya pada waktu itu, menyerukan semangat barbar yang menghancurkan untuk mengakhiri dominasi peradaban. 

Tentu saja, mayoritas anarkis pada saat itu, seperti dalam mayoritas kita sendiri, tidak mempertanyakan peradaban, teknologi atau progres. Visi Kropotkin tentang komunisme "Pabrik, Tanah dan Ruang Kerja" atau Josiah Warren dengan "Peradaban Sejati"nya pasti memiliki daya tarik lebih bagi mereka yang tidak siap untuk menghadapi yang tidak diketahui dari kritik anarkis terhadap industrialisme dan peradaban yang sering tidak menawarkan visi yang jelas tentang apa yang akan terjadi setelah penghancuran revolusioner dari peradaban yang mereka benci.   

Awal abad 20, dan khususnya pembantaian besar-besaran yang dikenal sebagai Perang Dunia I, membawa pembalikan mayor dari nilai-nilai. Iman dari idealisme borjuis tentang progres itu benar-benar terkikis dan pertanyaan mengenai peradaban itu sendiri merupakan aspek penting dari sejumlah gerakan radikal termasuk Dadaisme, anarko-futurisme Rusia dan surealisme awal. Jika sebagian besar lebih dikenal anarkis (seperti Malatesta, Emma Goldman, Mahkno dan seterusnya) terus melihat kemungkinan sebuah peradaban industri dibebaskan, anarkis lain yang kurang dikenal melihat visi yang berbeda. Demikian, sekitar tahun 1919, Bruno Filippi menulis:
 
Aku iri orang-orang liar. Dan aku akan menangis untuk mereka dengan suara nyaring: "Selamatkan dirimu, peradaban telah datang."


Tentu saja: peradaban tercinta yang mana sangat kita banggakan. Kita telah meninggalkan kehidupan bebas dan bahagia di hutan untuk perbudakan moral dan material yang menghebohkan. Dan kita adalah maniak, neurastenik, bunuh diri.


Mengapa saya harus peduli bahwa peradaban umat manusia telah memberikan sayap untuk terbang sehingga bisa membom kota-kota, mengapa saya harus peduli kalau aku tahu setiap bintang di langit atau setiap sungai di bumi?


[...]


Saat ini,  kubah berbintang adalah tabir kelam dimana sia-sia kita berusaha untuk melewatinya; hari ini hal itu tidak lagi diketahui, kini hal tersebut tidak lagi dipercayai.


[...]


Saya tidak peduli dengan kemajuan mereka, saya ingin hidup dan menikmatinya.


Sekarang, saya ingin lebih jelas. Saya tidak menampilkan semua ini dalam rangka membuktikan bahwa (kritik) anti-peradaban hari ini memiliki warisan anarkis yang sah. Jika kritik atas realitas yang kita hadapi ini  adalah akurat, mengapa kita harus peduli apakah hal itu cocok dengan beberapa kerangka ortodoksi anarkis? Tapi Bakunin dan Coeurderoy, Malatesta dan Filippi, semua anarkis dari masa lalu yang hidup dalam perjuangan melawan dominasi, karena mereka memahaminya tidak mencoba untuk menciptakan ortodoksi ideologis. Mereka berpartisipasi dalam proses penciptaan sebuah teori dan praktek anarkis revolusioner yang akan menjadi proses yang berkelanjutan. Proses ini sudah termasuk kritik peradaban, kritik terhadap progres dan kritik atas teknologi (dan sering di masa lalu kritik ini tidak terhubung, sehingga, misalnya, Bakunin bisa menyerukan untuk "pemusnahan peradaban borjuis" dan masih dengan malu-malu merangkul perkembangan teknologinya, industrialisme, dan Marcus Graham bisa meminta penghancuran "mesin" untuk mendukung sebuah peradaban yang tidak termekanisasi). Kita hidup dalam waktu yang berbeda. Kata-kata Bakunin atau Coeurderoy, dari Malatesta atau Renzo Novatore, atau dari berbagai penulis anarkis di masa lalu tidak dapat diambil sebagai program atau sebuah doktrin yang harus diikuti. Sebaliknya mereka membentuk gudang senjata untuk agar dijarah. Dan di antara senjata-senjata yang ada di gudang adalah alat penghancur berbentuk adonan barbar yang dapat digunakan untuk melawan dinding peradaban, dari mitos kemajuan, dari mitos lama yang tak pernah terbukti bahwa teknologi dapat menyelamatkan kita dari kesengsaraan kita.


Kita hidup di dunia di mana teknologi sudah tak dapat dikontrol. Sebagai bencana yang mengikuti bencana, apa yang disebut lanskap "manusia" menjadi semakin dikontrol dan mekanik, dan manusia semakin sesuai dengan peran mereka sebagai roda dalam mesin sosial. Secara historis benang yang telah melalui semua yang terbaik dalam gerakan anarkis belum menjadi iman dalam peradaban atau teknologi atau kemajuan, melainkan hasrat dari setiap individu untuk bebas untuk mengkreasikan hidupnya atau karena ia melihat adanya kecocokan dalam asosiasi bebas lain, dengan kata lain, keinginan dari individu dan kolektif memberi arti terhadap kehidupan. Dan hasrat inilah adalah yang masih memotivasi perjuangan anarkis. Pada titik ini menjadi jelas bagi saya bahwa sistem teknologi merupakan bagian integral dari jaringan dominasi. Ia telah dikembangkan untuk melayani kepentingan penguasa dunia ini. Salah satu tujuan utama dari sistem teknologi skala besar adalah pemeliharaan dan perluasan kontrol sosial, dan hal ini membutuhkan suatu sistem teknologi yang sebagian besar mengatur diri, memerlukan hanya intervensi minmal dari manusia. Dengan demikian, raksasa telah dibuat. Pengakuan bahwa kemajuan tidak memiliki hubungan yang melekat pada pembebasan manusia sudah diakui oleh banyak revolusioner pada akhir Perang Dunia I. Tentu saja sejarah abad ke-20 seharusnya menguatkan pemahaman ini. Kita dapat melihat sekarang secara fisik, sosial dan psikis telah menghancurkan dunia, yakni hasil dari semua yang disebut kemajuan. Eksploitasi dan perampasan terhadap dunia ini tidak lama dapat menjadi hasrat serius untuk mendapatkan potongan kue yang telah membusuk, ataupun untuk mengambil alih dan "mengelola sendiri" hal tersebut. Pemaknaan kembali hidup harus memiliki arti yang berbeda di dunia saat ini. Sehubungan dengan transformasi sosial beberapa dekade terakhir, tampaknya bagi saya bahwa setiap gerakan anarkis revolusioner yang serius akan harus menantang industrialisme dan peradaban itu sendiri dengan pertanyaan justru karena sesuatu yang kurang mungkin tidak dapat menyediakan kita alat-alat yang diperlukan untuk mengambil kembali kehidupan kita sebagai miliki kita sendiri. 


Tapi perspektik anti-peradaban saya bukanlah perspektif primitivis. Meskipun mungkin memang inspirasi untuk melihat aspek anarkis dan komunis dari beberapa budaya "primitif", saya tidak mendasarkan kritik saya pada perbandingan antara budaya dan realitas saat ini, tetapi lebih pada cara di mana semua dari berbagai lembaga yang menopang peradaban bertindak bersama-sama untuk mengambil hidup saya dari saya dan mengubahnya menjadi alat untuk reproduksi sosial, dan bagaimana mereka mengubah kehidupan sosial ke dalam proses produktif yang melayani hanya untuk menjaga para penguasa dan tatanan sosial mereka. Jadi, inilah dasar dari perspektif revolusioner, dan inilah mengapa saya selalu akan menggunakan apapun yang ada di gudang senjata yang merupakan sejarah revolusioner teori dan praktek yang dapat meningkatkan perjuangan saya. Orang "primitif" sering hidup dalam cara-cara anarkis dan komunis, tetapi mereka tidak memiliki sejarah perjuangan revolusioner yang mana dari situ kita dapat menjarah senjata untuk perjuangan kita saat ini. Setelah mengatakan ini, bagaimanapun, saya mengakui  para anarko primitivis yang terus mengakui perlunya revolusi dan perjuangan kelas sebagai kamerad-kamerad saya dan antek potensial.


Perjuangan revolusioner melawan kontrol dari peradaban dan keuntungan yang mengelilingi kita tidak akan mencoba tampak masuk akal untuk mengambil alih alat-alat produksi. Perebutan dunia ini dapat dipahami bahwa saat ini tidak lagi ada pilihan untuk pembebasan (jika pernah ada). Jika kebanyakan tidak jelas tentang siapa atau apa musuh sebenarnya, kebanyakan dapat mengerti bahwa mereka tidak memiliki apapun untuk diungkapkan kepada mereka yang berkuasa, karena mereka tidak berbagi lagi bahasa yang sama. Kita semua, orang yang telah direbut oleh dunia sekarang tahu bahwa kita tidak dapat mengharapkan apa-apa dari dunia ini. Jika kita bermimpi dunia lain, kita tidak dapat mengekspresikan mimpi itu, karena dunia ini tidak memberikan kata-kata untuk itu. Dan kemungkinan besar tidak banyak impian lagi. Mereka hanya merasa marah pada keberlanjutan degradasi dari keberadaan mereka. Jadi revolusi ini, memang, menjadi pelepasan dari "nafsu jahat" yang dibicarakan Bakunin, nafsu merusak yang merupakan pintu satu-satunya untuk sebuah kebebasan eksistensi. Hal ini akan menjadi kedatangan para barbar yang diramalkan oleh Dejacque dan Coeurderoy. Tapi justru ketika orang-orang tahu bahwa mereka tidak lagi memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada para penguasa mereka, mereka dapat belajar bagaimana berbicara satu sama lain. Justru ketika orang tahu bahwa kemungkinan dunia ini tidak menawarkan apapun, mereka dapat belajar bagaimana bermimpi yang mustahil. Jaringan dari institusi-institusi yang mendominasi kehidupan kita, peradaban ini, telah mengubah dunia kita menjadi penjara beracun. Ada begitu banyak yang harus dimusnahkan sehingga keberadaan yang bebas dapat dikreasikan. Waktu para barbarian sudah dekat.


[...] Semoga para barbar membebaskan diri. Semoga mereka mempertajam pedang mereka, semoga mereka mengayunkan kampak perang mereka, semoga mereka menyerang musuh-musuh mereka tanpa belas kasihan. Semoga kebencian mengambil tempat toleransi, semoga kemarahan mengambil tempat pengunduran diri, semoga kebiadaban mengambil tempat kehormatan. Semoga gerombolan barbar pergi untuk menyerang, secara otonom, dalam cara yang mereka tentukan. Dan semoga tidak ada parlemen, tidak ada lembaga kredit, tidak ada supermarket, tidak ada barak, tidak ada pabrik yang pernah tumbuh lagi setelah perjalanan mereka. Dalam menghadapi beton yang naik untuk menyerang langit dan polusi yang merupakan pelanggarannya, seseorang dapat mengatakan dengan lembut kepada Dejacque bahwa "Ini bukan kegelapan yang dibawa para barbarian ke dunia saat ini, itu adalah cahaya." - Crisso/Odoteo


Naskah aslinya dalam bahasa Inggris berjudul: The Rising of the Barbarians: A Non-Primitivist Revolt Against Civilization. Alih bahasa oleh Sophie Martini