Di seluruh dunia sebagian besar perempuan tidak memiliki hak apapun untuk memutuskan hal-hal penting yang berkaitan dengan hidup mereka. Perempuan menderita atas penindasan  dua hal: 1) tekanan seluruh masyarakat, dan 2) jenis kelamin kedua – tekanan dan diskriminasi karena jenis kelamin mereka.

Ada lima jenis penindasan utama
  • Penindasan ideology, pencucian otak oleh tradisi budaya, agama, iklan dan propaganda. Manipulasi dengan konsep dan peranan atas perasaan perempuan dan kelemahan. Penyebaran patriarki dan sikap patuh dan mental kapitalistis di segala bidang. 
  • Tekanan Negara, bentuk-bentuk hirarki dari organisasi dengan garis komando yang menurun dari atas dalam hubungan perseorangan, juga dalam kehidupan pribadi.
  • Eksploitasi ekonomis dan penindasan, sebagai seorang consumer dan seorang pekerja di rumah dan di pekerjaan perempuan bergaji rendah.
  • Kekerasan, dibawah bantuan masyarakat seperti di lingkungan pribadi – secara tidak langsung ketika adanya paksaan karena tidak adanya alternatif dan kekerasan fisik secara langsung.
  • Tidak adanya organisasi, tirani dari ketidak tersusunan yang menghancurkan tanggung jawab dan menciptakan kelemahan dan kemalasan.
Faktor–faktor ini bekerja dan berkontribusi secara simultan untuk menopang satu sama lain dalam sebuah lingkaran yang jahat.

Anarkafeminisme adalah sebuah kesadaran. Kesadaran yang memberhentikan kerja para pelindung. Prinsip atas sebuah pembebasan masyarakat dengan demikian menjadi jelas bagi kita.

Anarkafeminisme artinya kemerdekaan perempuan dan kebebasan atas sebuah kesetaraan dengan laki-laki.

Anarka Feminisme menyatakan bahwa perempuan sendiri memutuskan dan menjaga milik mereka sendiri, secara individu dalam hall-hal personal, dan bersama dengan perempuan lainnya dalam hal-hal perempuan. Dalam hal tentang seks keduanya sangat utama dan konkrit perempuan dan laki-laki harus memutuskan atas sebuah kesetaraan.

Perempuan harus memiliki keputusannya sendiri atas tubuhnya, dan semua hal tentang kontrasepsi dan kelahiran diputuskan oleh perempuan sendiri.

Pasti bertentangan secara individu dan secara bersama-sama melawan dominasi laki-laki, sikap kepemilikan dan kontrol atas perempuan, melawan hukum-hukum yang menindas dan untuk ekonomi perempuan dan otonomi masyarakat dan kemerdekaan.

Krisis center, pusat-pusat peduli, kelompok studi dan diskusi, aktivitas budaya perempuan, dan lainnya. Harus didirikan, dan dijalankan dibawah pengarahan perempuan sendiri.

Inti keluarga patriarki tradisional harus digantikan oleh asosiasi bebas antara laki-laki dan perempuan didasarkan atas kesetaraan hak untuk memutuskan bagi keduanya dan dengan menghormati otonomi dan integritas individu seseorang.
 
Sex-stereotyping dalam pendidikan, media dan tempat kerja harus dihapuskan. Sharing radikal kerja karena seksis dalam pekerjaan biasa, hidup domestik dan pendidikan adalah sebuah arti yang pantas.

Struktur hidup bekerja harus dirubah secara radikal, dengan kerja sampingan lebih dan pengaturan kerjasama yang merata di rumah juga di masyarakat. Pembedaan pekerjaan laki -laki dan perempuan harus dihapuskan. Perhatian laki-laki untuk merawat dan menjaga anak -anak harus sebagaimana perempuan melakukannya.

Kekuasaan perempuan dan pengutamaan terhadap perempuan – pun tidak akan mendorong mayoritas perempuan menuju akhir maupun mengakhiri penindasan terhadap mereka. Marxis dan bourjuis feminis menyesatkan perlawanan untuk kemerdekaan perempuan. Untuk sebagian besar perempuan ini tidak akan menjadi feminisme apapun tanpa anarkisme. Dengan kata lain, anarkafeminisme bukan untuk kekuasaan perempuan atau mengutamakan perempuan, ini berdiri untuk organisasi tanpa kekuasaan dan keutamaan.

Penindasan ganda terhadap perempuan menuntut sebuah perlawanan ganda dan pengaturan ganda : dengan Federasi feminis, dan di sisi lain dengan kelompok – kelompok anarkis. Anarkafeminis membentuk sebuah persimpangan dalam pengaturan ganda ini.

Anarkisme yang serius harus juga menjadi feminis, di sisi lain ini adalah sebuah pertanyaan patriarki setengah anarkisme dan bukan anarkisme yang sesungguhnya. Ini adalah bagian dari anarkafeminis untuk mengamankan fitur feminis dalam anarkisme. Tak akan ada anarkisme tanpa feminisme.

Point mendasar dalam anarkafeminisme adalah bahwa perubahan harus dimulai hari ini, bukan besok atau setelah revolusi. Revolusi harus tetap. Kita harus mulai hari ini dengan melihat penindasan di kehidupan sehari – hari dan melakukan sesuatu utnuk menghancurkan pola seperti ini sekarang.

Kita harus bergerak secara otonom, tanpa mewakilkan pada pemimpin manapun hak untuk memutuskan apa yang kita harapkan dan apa yang seharusnya kita lakukan : kita harus membuat keputusan semua hal personal sendiri, bersama perempuan lain dalam urusan perempuan, dan bersama dengan rekan laki – laki dalam urusan – urusan bersama.

Catatan : Manifesto Anarkafeminis yang asli ada di Norwegia. Manifesto Anarkafeminis adalah sebuah ringkasan dari program politik feminis yang disepakati dalam kongres ketiga dari Federasi Anarkis Norwegia, 1-7 Juni 1982. Manifestonya pertama kali diterbitkan di Norwegia dalam majalah public “Folkebladet”(IJA) no 1 1983 halaman 4-5. Segera setelahnya “Manifesto” ditebitkan di bulletin CRIFA no 44 Maret – April 1983 (hal.12) di Perancis dan Inggris (hal 13). Kemudian versi Bahasa Perancisnya dijadikan acuan untuk diterjemahkan ke Bahasa Inggris yang diterbitkan di internet. “Manifesto” ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa – bahasa lainnya. Salam Anarkafeminis dari Anna Quist, asisten penulis “Manifesto Anarkafeminis”. Diterjemahkan dari Bahasa Perancis (Bulletin C.R.I.F.A. No 44 Maret—April 1983 hal. 12). Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ignatius Setiawan
(penjelasan pribadi)

If we want freedom, we must fight for it. 
And that fight begins now.
(Magneto, X Man: Last Stand)

Menolak dunia yang bertumpu pada hasil, mekanik dan terprediksi adalah bentuk perengkuhan mimpi terlarang dalam dunia yang rasional. Mengirasionalkan semua tindakan sebagai ilegalitas sikap menantang keadaan yang tampak baik-baik saja. Mentransformasikan keputusasaan menjadi kekuatan harapan. Menemukan kembali kembali sisi liar kebinatangan yang hampir musnah tersapu domestifikasi. Bersamaan dengan itu, dengan egois kembali melihat diri masing-masing sebagai budak yang menyalakan api untuk membakar semuanya.
Tak ada yang mesti disisakan dari dunia hari ini.
Yang kehilangan matahari karena menggantinya dengan bohlam-bohlam kaca. Yang lupa kasarnya kulit pohon karena disergap kecepatan menakutkan dari kendaraan bermotor. Yang tak belajar pada Icarus karena memilih duduk disamping teror kematian terjatuh dari ketinggian tak masuk akal. Yang memperbudak hewan-hewan lain karena ketidakmampuan dirinya melepaskan rantai budak di lehernya. Yang mengangkat diri sebagai penguasa bumi karena depresi akut opresi hidup yang dialaminya. Pengecut yang hanya sanggup memutasikan semua rasa sakit tanpa pernah berani menghadapi kenikmatannya. Meski kalah sekalipun.
Inilah wajah mutakhir dari dunia hari ini.
Dihuni oleh padatnya konstruksi bata dan besi yang menyimbolkan kebingungan serta konstruksi-konstruksi palsu dari ketiadaan gairah dan kegembiraan. Jalan-jalan yang dipadati oleh kesenyapan serta rasa kehilangan yang semakin menyakitkan waktu demi waktu. Dan diciptakan mesin penghitung waktu dari rasa lelah yang berdetak untuk menjadi monumen kepanikan massal. Maraton tanpa akhir dengan rute berputar yang terus berulang setiap hari. Rutinitas yang secara mistis adalah bentuk prosesi pemujaan akibat kegilaan kerja, hirarki dan tentu saja kapital.
Itu mengapa tak ada yang mesti disisakan dari dunia hari ini.
Sama seperti ketiadaan harapan kami akan masa depan yang dibangun dari imaji-imaji. Sama juga dengan ketidakbutuhan akan hari esok jika sekali lagi kami mesti melalui hari ini tanpa interupsi.
Kami memilih menjalani petualangan tanpa kompas, tanpa panduan. Sehingga kami menertawakan mereka yang berusaha merumuskan program masa depan. Serevolusioner apapun itu, semuanya tak lebih dari utopi. Masa depan belum tertulis sehingga ia tak butuh kalkulasi aritmatika atau rumusan definisi sosial.
Sebagai front para egois, kami memilih mendefinisikan frustasi hidup harian masing-masing kami sendiri. Melepaskan energi kreatif yang selama ini terbelenggu dan menerima segala konsekuensinya. Bahkan jika kami mesti berhadapan dengan kematian secara fisik.
Pertarungan ini bukan ditujukan untuk memenangkan masa depan. Ia semata-mata hanyalah upaya untuk memaknai hidup hari ini.

Membakar Ketakutan dan Menuliskan Lagi Kebencian Yang Kami Miliki
Kami saling memandang, meyakinkan diri tentang keputusan yang kami buat. Kami memeriksa senjata kami, kami menginterogasi kebencian kami: "Mari kita pergi untuk itu sekali lagi ... kali ini ‘sampai akhir’ ..."
(Conspiracy of Cells of Fire, Communique)

Kami bukanlah kumpulan dari hitungan amnesia. Sehingga dengan sadar kami telah melihat kerja-kerja nyata seminimal apapun dari beberapa orang di waktu yang lalu. Namun mereka bukan martir meski tidak harus dilupakan. Kami telah menoleh untuk sekedar merayakan dengan sederhana dan waspada setiap usaha dan praktik dengan solidaritas dalam tindakan.
Di waktu kemarin, Libertania telah eksis sebagai sebuah grup yang dengan tegas mempropagandakan perjuangan anti kapitalisme berkarakter anti otoritarian. Dalam pasang surutnya hingga berakhir, telah lahir upaya serius untuk menghadirkan aksi-aksi yang membuka alternatif dan melampaui kemungkinan-kemungkinan lain di luar ketidakmungkinan yang diaminkan oleh kaum Kiri, bajingan birokrat dan para korporat. Dan menolak untuk mengkategorisasikan rentang perjalanan grup ini dalam periodisasi adalah juga seperti penolakan terhadap kategorisasi lainnya yang menjebak.
Seperti juga kekalahan, telah kami pahami terdapat juga hal-hal penting yang dapat dianggap sebagai pelajaran kalau tidak cukup layak untuk dinamakan kemenangan kecil. Catatan-catatan berharga yang kini kami gunakan untuk menjadi bahan perbandingan lain. Seperti juga kami tanpa malu mencuri, membajak, menjiplak berbagai hal dari banyak tempat. Tak ada batasan untuk mencari cara mempersenjatai hasrat dari masing-masing kami.
Dan sekarang, dalam kesadaran penuh kami memutuskan untuk mencoba projek yang berbeda baik dalam format dan metoda. Seperti juga tanpa ragu, memilih menggunakan kembali nama Libertania untuk sekedar mempermudah kamerad-kamerad lain berkomunikasi dengan satu ataupun sebagian dari partisan front temporer ini. Di sisi lain, kami berupaya menjadikan pengalaman historis sebagai refleksi agar bisa menghindari pengulangan-pengulangan yang berporos pada glorifikasi anarkisme seperti yang dilakukan oleh hardcore punk dan para intelektual kutu buku.
Itu mengapa kami dengan sinis menertawakan mereka yang mau bersusah payah mendefinisikan ideologi dan menempelkan label anarkisme pada tiap-tiap orang yang ada di aliansi non permanen ini. Seperti juga kami mengangkangi mereka yang mengira bahwa kelompok kecil ini hadir untuk mempelopori kebangkitan dari kemunduran gerakan anti kapitalisme di sini –Manado. Kami juga menolak asosiasi dengan label-label sejenis sindikalis atau primitifis yang digemari para anarkis pop.
Kami meludahi ‘aktifisme’ karena semenjak kemunculannya, tak ada hal yang patut dihargai daripadanya selain daripada penghancurannya. Minat yang sama juga kami tujukan terhadap politik dan setiap agen dibelakangnya. Ketertarikan pada destruktifikasi semua ornamen dan pajangan-pajangan serta runtuhnya semua bangunan simbolik mereka bersamaan dengan naiknya politisi terakhir ke tiang gantungan. Juga pelecehan ini dialamatkan kepada seluruh organisasi revolusioner yang dalam kepalsuannya yang disingkap, semuanya tak lebih dari praktik subordinasi menyedihkan dan ketertundukan terhadap hirarki yang diparadekan di jalan-jalan dalam bentuk sejumlah besar orang.
Maka berhentilah menanyakan sikap kami masing-masing terhadap Negara dan Kapital. Karena kemuakan kami sejalan dengan ketiadaan permintaan kami.
Tak ada soal waktu kerja yang lebih pendek, tak ada soal upah yang lebih layak, tak ada soal pemerataan pembangunan, tak ada soal pemerintahan demokratis, tak ada soal distribusi pangan secara adil, tak ada soal mengenai hukum yang independen, tak ada soal pemilu yang bersih, tak ada soal penundaan-penundaan yang pragmatis dan dangkal.
Yang tersisa dari semua penghapusan ingatan tentang kemerdekaan dan digantikan dengan injeksi paksa ingatan budak, kami tidak lupa bahwa kami telah dan masih disakiti. Dan beruntung karena masing-masing kami adalah pendendam sehingga menjadi wajar melakukan balasan yang bukan hanya sama keras, namun mesti jauh lebih mematikan.
Dan juga adalah penting untuk dimengerti bahwa kami datang tanpa program masa depan. Tanpa rumusan soal format dan bentuk seperti apa nantinya. Kami tak mau membuang energi ke sudut itu, sekecil apapun itu. Tak ada yang penting untuk dibicarakan mengenai hal ini.
Perjuangan kami sekali lagi adalah soal hari ini. Meski jika nanti dalam akhir perjuangan mengabolisi semua musuh, kami hancur besertanya, kami tak peduli. Telah diputuskan bahwa tak ada lagi harapan soal masa depan karena tak tersisa lagi ruang untuk benar-benar dapat membayangkan keindahannya tanpa kontaminasi dari sistem hari ini.
Jika hari ini adalah matahari terakhir yang dapat dirasakan, maka biarlah. Kami akan membakar seluruh kota untuk merayakannya. Kami akan bernyanyi dengan gembira.


Reuben Augusto
partisan Libertania
Grup Lettrist[1] pada pertermuan bersama tanggal 26 September mempersembahkan bersamaan dengan itu solusi-solusinya kepada berbagai permasalahan-permasalahan urbanistik yang muncul dalam diskusi. Mereka menitikberatkan bahwa tidak ada tindakan-tindakan konstruktif yang dipertimbangkan semenjak mereka semua setuju bahwa tugas yang paling mendesak adalah untuk menghapuskan semua alasan.
Stasiun kereta api bawah tanah dapat dibuka saat malam setelah kereta-kereta berhenti beraktifitas. Koridor-koridor dan peron-peron karcis dapat dicahayai remang-remang, dengan lampu remang-remang yang kerlap kerlip setiap beberapa saat.
Bumbungan setiap atap rumah di Paris dapat dibuka bagi lalu lintas pejalan kaki dengan memodifikasi tangga-tangga jalur evakuasi ketika kebakaran[2] atau bahkan membangun jembatan-jembatan jikalau memang dibutuhkan. Taman-taman umum dapat dibiarkan terbuka saat malam, tanpa cahaya. (dalam beberapa kasus, cahaya remang-remang secara terus menerus boleh jadi memberikan justifikasi atas alasan-alasan psykogeografi[3].
Lampu-lampu jalan dapat saling melengkapi satu dengan yang lain dengan saklar-saklar yang membuat orang-orang dapat menyesuaikan pencahayaan seperti yang mereka inginkan.
Dan mengenai gereja-gereja, empat solusi berbeda kami tawarkan, yang mana semuanya dalam pertimbangan kami dapat dipertahankan sampai ketika sebuah eksperimentasi yang tepat dapat menggantikannya, yang mana secepatnya dapat didemonstrasikan dan melihat mana yang cocok.
Guy E. Debord menganjurkan destruksi total dari seluruh bangunan-bangunan keagamaan dari semua denominasi, tanpa meninggalkan bekas sedikitpun dan menggunakan lahannya untuk tujuan-tujuan yang lain.
Gil J. Wolman menyarankan bahwa gereja-gereja dapat dibiarkan berdiri namun harus melucuti semua konten-konten religiusnya. Mereka mesti diperlakukan sama seperti bangunan yang lain, yakni sebagai bangunan yang biasa-biasa saja, dan anak-anak dapat diterima untuk bermain-main di dalamnya.
Michèle Bernstein mengajukan usul bahwa gereja-gereja dapat secara parsial dibongkar, sehingga sisa reruntuhannya tidak lagi menyimbolkan apapun dari fungsi original mereka (tur Jaques di Boulevard de Sébastopol tak disengaja menjadi contoh). Solusi idealnya bisa saja dengan meratakan dengan tanah semua gereja-gereja dan kemudian membangun puing-puing di atas tempat itu. Metode pertama dianjurkan semata-mata karena alasan-alasan ekonomi.
Yang terakhir, Jacques Fillon berbaik hati mengusulkan ide untuk mentransformasikan gereja-gereja menjadi rumah-rumah hantu (dengan menjaga ambiens mereka yang ada sekarang yang mana itu justru menonjolkan efek-efek menakutkan dari bangunan-bangunan tersebut).
Semuanya setuju bahwa keberatan-keberatan estetika boleh ditolak, dan para pengagum dari pintu-pintu gerbang Chartres mesti dibungkam. Keindahan, saat ia tidaklah menjanjikan kebahagiaan-kebahagiaan, harus dihancurkan. Dan representasi-representasi apa lagi yang dapat lebih menjijikkan dari ketidakbahagiaan dibandingkan monumen-monumen seperti itu untuk seluruh dunia yang menyisakan harapan dapat teratasi.
Stasiun-stasiun kereta dapat dibiarkan seperti apa adanya. Perihnya keburukan-keburukan mereka memperbesar perasaan-perasaan transien yang membuat bangunan-bangunan ini sedikit atraktif. Gil J. Wolman menganjurkan memindahkan atau berebut semua informasi mengenai keberangkatan (tujuan, daftar waktu berangkat, dll) dalam rangka memfasilitasi dérives. Setelah debat yang bersemangat, mereka yang menentang usulan ini menarik kembali keberatan-keberatan mereka dan hal ini memang diakui membuat banyak orang bersedih. Juga disetujui bahwa suara latar kebisingan di stasiun harus lebih diintensifkan oleh penyiaran rekaman dari stasiun lainnya, serta dari pelabuhan tertentu.
Pekuburan mesti dieliminasi. Semua jenazah dan bangunan-bangunan memorial terkait dengannya secara total mesti dihancurkan, tanpa meninggalkan debu dan bekas sama sekali. (Ini mesti perlu ditegaskan bahwa sisa-sisa mengerikan dari masa lalu yang mengalienasi merupakan subliminal propaganda yang reaksioner. Apakah mungkin untuk melihat kuburan tanpa teringat Mauriac, Gide atau Edgar Faure?)
Museum-museum mesti dihapuskan dan karya-karya agung di dalamnya mesti didistribusikan ke bar-bar (Philippe de Champaigne yang bekerja di café-café Arab di Rue Xavier-Privas; David Sacre di Tonneau di Rue Montagne- Geneviève)
Setiap orang mesti memiliki kebebasan untuk mengakses penjara. Penjara mesti didesain sebagai tempat tujuan pariwisata, tanpa pembedaan antara pengunjung dan para penghuninya. (Untuk meningkatkan hal ini maka perlu dibumbui dengan, mengadakan undian bulanan untuk mencari pengunjung yang memenangkan hadiah berupa hukuman nyata dalam penjara. Ia akan menjadi penyedia makanan bagi orang-orang sinting yang merasa kebutuhan yang penting sekali untuk mengalami resiko-resiko yang tak menarik: menjadi spelunker, sebagai contoh, dan orang-orang lain yang memohon untuk bermain dengan dipuaskan oleh pseudo-game tak berharga seperti itu.)
Bangunan-bangunan yang jelek tidak bisa diletakkan di tempat-tempat bagus (seperti Petit atau Grand Palais) dan semestinya diubah dengan konstuksi-konstruksi yang berbeda. Patung-patung yang tidak lagi mempunyai arti, yang masih mempunyai kemungkinan untuk diperbaharui secara estetik akan tidak bisa acuhkan menjadi kutukan terhadap sejarah, mesti dihilangkan. Kegunaan mereka mungkin dapat diperluas selama tahun-tahun final mereka yang merubah prasasti-prasasti dari tumpuan-tumpuan mereka, salah satu diantara pengertian politik (The Tiger Named Clemenceau di Champs Élysées) atau untuk kegunaan-kegunaan dari disorientasi (Dialectical Homage to Fever dan persimpangan Quinine di Boulevard Michel dan Rue Comte, atau The Great Depths plaza katedral di Île de la Cité).
Dalam rangka untuk mengakhiri kekerdilan arus pengaruh nama-nama jalan, nama-nama dari anggota dewan kota, para pahlawan dari sebuah perlawanan, semua Émiles dan Édouards (55 jalan di Paris), semua Bugeauds dan Gallifets(ii) dan secara umum semua nama-nama yang cabul (Rue de l’Évangile) mestilah di lenyapkan.
Dengan penuh hormat, seruan ini di publikasikan di Potlatch #9[4] untuk mengacuhkan kata “santo” di nama tempat yang berhubungan dari sebelumnya.


LETTRIST INTERNATIONAL
Oktober 1955


[Catatan Penerjemah]
Catatan dengan tanda (i) dan (ii) berasal dari Ken Knabb (yang menerjemahkan teks ini dari bahasa Prancis ke bahasa Inggris). Catatan dengan tanda nomor berasal dari Reuben Augusto (yang menerjemahkan teks ini dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan mengacu pada teks Ken Knabb).

i.  Dalam bahasa Prancis, teks ini dipublikasikan dengan judul “Projet d’embellissements rationnels de la ville de Paris”. Dipublikasikan dalam Potlach #23 (Paris, 13 Oktober 1955).
ii. Beberapa nama yang disebutkan dalam artikel ini: Clemenceau dan Edgar Faure adalah politisi, Gide dan Mauriac adalah penulis, Bugeaud dan Gallifet adalah jenderal pada abad 19 (nama pertama adalah yang bertanggung jawab atas penaklukan Aljazair, nama kedua adalah yang bertanggung jawab atas keruntuhan Paris Komune).
  1. Lettrist International adalah sebuah grup hasil perpecahan pada tahun 1952 dengan grup terdahulu Lettris Movement yang dimotori oleh Isodore Isou. Perpecahan ini dimulai ketika terjadi protes terhadap konferensi pers Charlie Chaplin oleh beberapa anggota Lettris seperti Debord, Wolman, Bernstein yang dikecam keras oleh Isou. Grup ini kemudian melakukan fusi pada tahun 1957 dengan dua grup lainnya setelah sebuah konferensi di sebuah desa kecil bernama Cosio d’Arroscia yang pada akhirnya melahirkan grup Situasionist International (SI). Lebih jauh baca “Totalitas Bagi Kaum Muda: Sejarah Singkat Situasionist International”, Affinitas 2007.

  2. Di Paris dan kota-kota besar Eropa dan Amerika, di setiap bagian belakang gedung apartemen terdapat jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran. Terbuat dari besi dan menghubungkan setiap lantai di sebuah gedung. Tangga ini biasanya terdapat di belakang jendela bagian belakang sebuah apartemen.

  3. Psychogeografi adalah penamaan dari sebuah teknik eksplorasi desain urban. Pertama kali digunakan pada tahun 1953. Lebih lengkap baca “Introduksi Pada Kritik Terhadap Geografi Urban”.

  4. Jurnal periodik dari Lettrist International. Terbit selama lima tahun (1952-1957) secara gratis. Tempat dimana kemudian berkembang studi mengenai kritik terhadap desain urbanisme, psychogeografi dan pengorganisiran waktu luang. Beberapa hal yang semakin dipertajam ketika beberapa anggota grup ini mendirikan SI.

Wolfi Landstreicher

Jadi individualis anarkis seperti yang saya maksudkan tidak akan menunggu sesuatu [...] saya telah menganggap diri saya sebagai seorang anarkis dan tidak akan menunggu revolusi kolektif untuk menjadikan diri saya pemberontak atau komunisme untuk mendapatkan kebebasan saya.
— Renzo Novatore


Saya membayangkan anarkisme dari sisi kehancuran. Inilah bagaimana logika aristokrat itu tersusun. Penghancuran! Disinilah keindahan nyata dari anarkisme. Saya ingin menghancurkan semua hal yang memperbudak, melemahkan, dan menekan keinginan saya, saya ingin meninggalkan mereka semua di belakang sebagai mayat. Penyesalan, keberatan, hati nurani adalah hal-hal yang menghancurkan semangat iconoclastic(i) saya  [...] Ya, negasi iconoclastic adalah yang paling praktis.
— Armando Diluvi


Pertama-tama, tidak ada inherensi antara primitivis dengan kritik peradaban, terutama jika kritik tersebut sebagai sesuatu yang anarkis dan revolusioner. Kritik semacam itu telah ada hampir sepanjang gerakan anarkis - dan tidak selalu berhubungan dengan kritik terhadap teknologi atau kemajuan (Dejacque merasa bahwa perkembangan teknologi tertentu akan memungkinkan manusia untuk lebih mudah melampaui peradaban, di sisi lain, Enrico Arrigoni, alias Frank Merek, melihat peradaban dan teknologi industri sebagai blok yang menghalangi kemajuan manusia). Pertanyaan sebenarnya, menurut pendapat saya, adalah apakah primitivisme memberikan tawaran untuk anarkis dan kritik revolusioner terhadap peradaban.


Kata primitivisme dapat berarti paling tidak dua hal yang berbeda. Pertama-tama, itu secara sederhana dapat berarti memanfaatkan apa yang kita ketahui tentang masyarakat "primitif" [1] untuk mengkritik peradaban. Bentuk primitivisme muncul relatif tidak berbahaya. Tapi apakah seperti itu? Terlepas dari kritik yang jelas dari ketergantungan terhadap para ahli  yang disebut sebagai antropolog untuk informasi tentang masyarakat "primitif", ada masalah lain di sini. Masyarakat yang sebenarnya kita sebut "primitif" itu dan, di mana mereka masih ada, yang hidup diantara hubungan yang nyata, hidup menetap, bernapas sebagai manusia, individu yang mengembangkan interaksi dengan dunia di sekitar mereka. Kapasitas untuk memahami mereka sebagai model untuk perbandingan telah melibatkan reifikasi(ii) dari hubungan kehidupan tersebut, mentransformasikannya menjadi sesuatu yang abstrak - "primitif" – sebagai sebuah gambaran ideal dari "keterbelakangan". Dengan demikian, kegunaan dari metode ini untuk mengkritisi dehumanisasi dan deindividualisasi peradaban terhadap orang-orang nyata yang tinggal atau telah tinggal dalam hubungan ini. Selain itu, kritik pendek semacam ini menawarkan kita alat yang tidak nyata untuk mengetahui bagaimana berperang melawan peradaban di sini dan sekarang. Paling-paling, reifikasi, konsepsi abstrak dari "primitif" menjadi sebuah model, sebuah program untuk masyarakat di masa depan.

Hal ini membawa saya pada arti kedua dari primitivisme - gagasan bahwa masyarakat "primitif" menawarkan model untuk masyarakat masa depan. Para penganut bentuk primitivisme ini dengan sendirinya dapat disebut sebagai primitifis, karena, bagaimanapun mereka menolak itu, mereka mempromosikan program dan sebuah ideologi. Dalam bentuk ini, saya benar-benar menganggap primitivisme berada dalam konflik dengan pemikiran dan praktek anarkis. Alasannya dapat ditemukan dalam kutipan Novatore di atas. Cukup mengganti "komunisme" dengan "primitivisme" dan "revolusi kolektif" dengan "keruntuhan industri" dan semuanya akan nampak sangat jelas. Seperti yang saya lihat, salah satu perbedaan yang paling penting antara marxisme dan anarkisme adalah bahwa yang kemudian (atau nanti) tidaklah esensial sebagai visi eskatologis dari masa depan yang kami tunggu, melainkan sebuah cara untuk menghadapi dunia di sini dan sekarang. Dengan demikian, revolusi untuk anarkis juga bukanlah sebuah proses sejarah untuk jaminan masa depan, tetapi sesuatu untuk kita hidup dan menciptakan sesuatu di sini dan sekarang. Primitivisme saat ini tidak lebih menyenangkan daripada marxisme komunis. Yang juga adalah sebuah program untuk masa depan, dan sesuatu yang tergantung pada kemungkinan yang berada di luar kendali kita untuk membawanya. Dengan demikian, ini lebih terlihat sebagai eskatologi Marx dari pada praktek anarkis.

Saya telah menunjukkan bagaimana konsep dari "primitif" mereifikasi kehidupan nyata dan hubungan dari mereka yang diberikan label ini. Hal ini dimanifestasikan di antara primitivists yang berusaha untuk mempraktekkan ideologi mereka saat ini sementara praktek ini pun akhirnya didefinisikan. Dalam cara yang terlalu mengingatkan terhadap marxisme, kehidupan "primitif" mengurangi kebutuhan terhadap ekonomi, untuk satu set keterampilan - membuat api dengan busur bor, berburu dengan sebuah atlatl(iii), belajar tanaman pangan dan obat-obatan liar, membuat panah, membuat tempat perlindungan sederhana, dll, dll - yang harus dipelajari untuk dapat bertahan hidup. Ini kemudian bisa dibumbuhi sedikit dengan beberapa konsep spiritualitas alam yang dipelajari dari buku atau meminjam dari omong kosong zaman baru yang memungkinkan untuk dapat mengacu kembali ke "kesatuan alamiah". Tetapi akhirnya ini pun tidak lagi pertimbangkan. Totalitas dari kehidupan orang-orang yang berlabel "primitif" kemudian diabaikan, karena sebagian besar tidak diketahui dan benar-benar tidak dapat diakses bagi mereka yang lahir dan dibesarkan di dalam peradaban kapitalis industri yang sekarang mendominasi dunia - dan itu termasuk kita semua yang telah terlibat dalam pengembangan sebuah kritik anarkis terhadap peradaban. Tetapi bahkan jika kita hanya mempertimbangkan keterampilan bertahan hidup saja, pada kenyataannya adalah bahwa bahkan di Amerika Serikat dan Kanada, di mana terdapat padang gurun yang cukup luas (meskipun sangat rusak), sangat sedikit orang yang bisa mempertahankan diri dengan cara ini. Jadi mereka yang mempelajari keterampilan ini dengan ide untuk benar-benar hidup sebagai "primitif" sepanjang hidup mereka tidak berpikir tentang kehancuran peradaban (kecuali mungkin sebagai sebuah keadaan masa depan yang tak terelakkan yang mereka percaya mereka akan siap dengan hal tersebut), melainkan melarikan diri dari itu. Saya tidak akan iri terhadap mereka ini, tetapi itu tidak ada hubungannya dengan anarki atau kritik peradaban. Pada tingkat praktis, hal ini jauh lebih mirip dengan bentuk yang lebih maju dari "bermain indian" karena kebanyakan dari kita di sini di Amerika Serikat melakukannya seperti anak-anak, dan, dalam kenyataannya, kemudian mengagap hal itu sebagi sesuatu yang serius. Hampir semua orang yang saya kenal yang telah mengembangkan keterampilan "primitif" atas nama " anarko-primitivisme " menunjukkan bagaimana mereka siap untuk suatu kehidupan dengan jumlah waktu yang mereka gunakan pada pengaturan website komputer, mengambil bagian dalam forum diskusi internet, membangun blog, dll, dll. Sering kali, mereka datang pada saya sebagai anak-anak hiper-beradab yang melakukan permainan dalam hutan, bukan sebagai anarkis dalam proses penghancuran peradaban.

Sebuah kritik anarkis dan revolusioner terhadap peradaban tidak dimulai dari perbandingan apapun dengan masyarakat lain atau untuk apapun yang ideal di masa depan. Ini dimulai dari konfrontasi saya, dari konfrontasi anda, dengan realitas dari peradaban dalam kehidupan kita di sini dan sekarang. Ini adalah pengakuan bahwa totalitas hubungan sosial yang kita sebut sebagai peradaban hanya bisa eksis dengan mencuri kehidupan dari kita dan menjatuhkannya sedikit-demi sedikit dimana peraturan dapat digunakan dalam reproduksi itu sendiri. Ini bukanlah proses yang selesai dalam satu tahapan dan untuk semua di masa lalu, tapi suatu yang terus menerus dalam setiap saat. Di sinilah bagaimana anarkis memahami kehidupan. Dalam setiap saat, kita perlu mencoba untuk menentukan bagaimana merebut kembali totalitas kehidupan kita sendiri untuk menggunakannya melawan totalitas peradaban. Jadi, seperti yang dikatakan Armando Diluvi, anarkisme pada dasarnya merusak. Karena itu perlu ada model atau program-program termasuk orang-orang dari primitivisme. Seperti seorang tua, yang telah mati, tokoh anarkisme klasik, berjenggot(iv) mengatakan "hasrat untuk menghancurkan juga merupakan hasrat kreatif". Dan salah satunya dapat dimasukkan ke dalam praktek secara langsung. (salah satu revolusioner anti-otoriter yang telah mati dari satu atau dua generasi kemudian menyebutnya sebagai kehancuran yang penuh gairah "cara untuk merebut sukacita dengan segera").

Setelah mengatakan ini, saya tidak melawan kesenangan dalam membayangkan kemungkinan penghancuran peradaban dunia. Namun bagi imajinasi seperti itu untuk benar-benar menyenangkan dan memiliki potensi eksperimental, itu tidak bisa menjadi model yang keluar dari konsepsi yang disarikan dari salah satu masyarakat masa lalu atau masa depan. Bahkan, menurut saya, yang terbaik adalah untuk meninggalkan konsep "masyarakat" itu sendiri, dan kemudian berpikir dalam terminology dari perubahan secara terus-menerus, menjalin hubungan antara hal yang unik, keinginan individual. Yang mengatakan, kita hanya bisa bermain dan melakukan percobaan sekarang, dimana hasrat kita yang tampaknya "mustahil" bertemu dengan kenyataan yang mengelilingi kita. Jika peradaban itu harus dihancurkan dalam kehidupan kita, kita tidak akan menghadapi dunia dengan hutan yang subur dan dataran juga gurun yang sehat yang penuh dengan kelimpahan satwa liar. Kita malahan akan menghadapi dunia yang penuh dengan reruntuhan peradaban - bangunan yang ditinggalkan, peralatan, bongkahan-bongkahan, dll, dll [2]. Imajinasi yang tidak dirantai baik untuk realisme atau moral ideologi primitivis bisa menemukan banyak cara untuk dapat digunakan, eksplorasi dan bermain-main dengan ini semua - kemungkinannya hampir tak terbatas. Lebih penting lagi, ini adalah kemungkinan langsung, dan salah satu yang dapat secara eksplisit dihubungkan dengan serangan destruktif terhadap peradaban. Dan kedekatan ini benar-benar penting, karena saya hidup sekarang, anda hidup sekarang, tidak beberapa ratus tahun dari sekarang, ketika penguatan program dilaksanakan menuju kearah primitivisme yang ideal mungkin dapat menciptakan dunia yang ideal yang dapat direalisasikan secara global - jika primitivists memiliki revolusi mereka sekarang dan menguatkan program mereka. Untungnya, tidak ada primitivis yang tampaknya bersedia untuk melakukan tindakan revolusioner yang otoriter, mereka lebih memilih untuk mengandalkan semacam transformasi mistik-kepura-puraan untuk mewujudkan mimpi mereka (mungkin seperti visi tarian hantu dari agama pribumi Amerika, dimana lanskap yang dibangun oleh penyerbu dari eropa seharusnya ditanggalkan untuk sebuah kemurnian, lanskap liar penuh dengan keberlimpahan hidup).
Introduksi

Sebuah badai besar pemberontakan berkobar di jalan-jalan di Yunani pada bulan Desember 2008. Setelah Andreas Grigoropoulos muda dibunuh oleh polisi, kerusuhan menyebar ke seluruh negeri selama beberapa minggu. Ratusan bank, toko-toko, dealer-dealer mobil, kantor-kantor, ... diserang, dijarah dan dibakar.

Meskipun terlihat bahwa kaum anarkis dan anti-otoritarian yang memimpin dalam badai ini selama minggu pertama setelah pembunuhan, pemberontakan itu menyebarkan dirinya dengan cepat dan semakin banyak orang yang terlibat dalam pemberontakan terhadap kondisi hidup yang menyedihkan, melawan pemerintah dan melawan keputusasaan yang ditawarkan oleh dunia yang eksploitatif dan menindas.

Tapi pemberontakan tidak berhenti pada akhir tahun 2008, juga tidak dimulai dari hari pembunuhan itu. Serangan terhadap struktur Negara dan Modal telah pergi dan menyebar ke beberapa kota-kota kecil di Yunani.

Banyak serangan ini diklaim oleh kaum anarkis dan anti-otoriter, mengandung perbedaan-perbedaan dan aksen-aksen. Banyak diskusi tentang perspektif pemberontakan, gerilya kota, sasaran-sasaran dan hantu, ... terjadi melalui komunike.
PETA MASALAH DAN LATAR BELAKANG PENOLAKAN

Masyarakat Padarincang yang menyadari masa depan ketersediaan air menyatakan kesefahaman bersama bahwa komersialisasi air akan memunculkan resiko dampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar; setidaknya akan menghilangkan hak dasar warga atas air serta pengurangan kapasitas dan kualitas air di wilayah Padarincang.

Pada pertengahan Juni 2010 warga Padarincang menggelar forum terbuka yang melahirkan kesepakatan mengenai bahaya krisis yang paling penting di Padarincang, Forum ini digelar sebagai bentuk respon dari akan dilanjutkannya rencana pembangunan pabrik Danone yang pada tahun 2008 sempat dihentikan oleh karena ada penolakan dari warga.

Oleh: Jacques Camatte[1]

Serangan proletariat terhadap benteng kapital memiliki kesempatan sukses dengan syarat bahwa gerakan proletariat yang revolusioner mengakhiri demokrasi sekali dan untuk selamanya. Demokrasi adalah tempat berlindung paling akhir dari semua pengingkaran-pengingkaran dan pengkhianatan-pengkhianatan, karena hal ini adalah harapan pertama dari mereka yang percaya dengan pembersihan dan penguatan kembali arus gerakan yang telah membusuk hingga ke intinya.



5. 1. Fenomena Sejarah Secara Umum

“Inti kehidupan sosial adalah praktek. Semua misteri-misteri yang membuat teori tersesat ke dalam mistikisme menemukan solusi rasional mereka dalam praktek manusia dan dalam komprehensi dari praktek ini. 
(Marx, Tesis Kedelapan tentang Feurbach)


5. 1. 1. Berbicara secara luas, definisi dari demokrasi salah satunya adalah sebagai kumpulan perilaku dari manusia, sebuah organisasi dari mereka yang telah kehilangan orisinalitas persatuan organik mereka dengan komunitas. Demikianlah hal ini eksis selama seluruh periode yang mana memisahkan komunisme primitif dari komunisme ilmiah.

5. 1. 2. Demokrasi dilahirkan dari momen di mana ada pembagian antar manusia dan pembagian dari kepemilikan. Bisa dikatakan, hal ini muncul bersamaan dengan kepemilikan pribadi, individu-individu dan pembagian klas dalam masyarakat, dengan susunan negara. Bersamaan dengan itu hal ini menjadi lebih meningkatkan kemurniannya di mana kepemilikan pribadi menjadi lebih umum dan  pemunculan klas-klas menjadi lebih jelas dalam masyarakat.

5. 1. 3. Hal ini mengisyaratkan peningkatan pemisahan-pemisahan segala sesuatu yang berkaitan benda-benda. Demokrasi terbatas dalam masyarakat kuno mengisyaratkan eksistensi dari masyarakat agrikultur dan perbudakan yang mana bukanlah artian dari manusia itu sendiri. Dalam masyarakat modern, segala sesuatu yang berkaitan dengan benda-benda menjadi lebih universal (menyentuh sejumlah besar manusia). Hal ini juga menjadi lebih abstrak dan ilutif: tanah air.

5. 1. 4. Demokrasi tidak mampu dalam segala upayanya untuk meniadakan otoritas, diktator, dan demikian juga dengan Negara. Karena justru berkebalikan dengan itu, ia membutuhkan Negara sebagai fondasi. Yang kemudian dapat memastikan pembagian, yang dapat mengatur relasi-relasi antar individu-individu dan antara mereka dengan segala sesuatu mengenai benda-benda tersebut, jika tidak ada negara?

Dalam perkembangan utuh masyarakat kapitalis, Negara juga mempresentasikan dirinya sendiri sebagai pengawal redistribusi dari dua sudut yang berbeda; ia mencegah proletariat untuk menggerogoti nilai-lebih dan ia menjamin distribusi dari nilai-lebih ini sebagai profit, bunga, pinjaman dan lain sebagainya, di antara bidang-bidang kapitalis yang berbeda.


5. 1. 5 Demokrasi dengan demikian berimplikasi pada eksistensi individu-individu, klas-klas dan Negara; dengan hasilnya adalah bahwa ia adalah model yang simultan dari pemerintahan, sebuah model dari dominasi dan satu klas, dan sebuah mekanisme dari penyatuan dan aksi pendamaian. Secara aktual, pada awalnya proses ekonomi membagi manusia (proses dari pengambilalihan) yang mana dalam masyarakat komunis primitif adalah bersatu. Relasi-relasi sosial yang kuno ini kemudian dihancurkan. Emas kemudian menjadi kekuatan utama menggantikan otoritas dari komunitas. Manusia kemudian saling bertentangan satu dengan yang lain karena antagonisme material yang dapat memecah masyarakat dan membuatnya menjadi hal yang mustahil. Demokrasi terlihat sebagai cara-cara untuk mendamaikan pertentangan-pertentangan ini, sebagai bentuk politik yang paling layak untuk menyatukan apa yang telah dipisahkan. Ia merepresentasikan upaya-upaya pendamaian antara komunitas yang lama dan masyarakat yang baru. Mistikisme bentuknya terletak pada ke-nyata-annya merekonstruksi persatuan yang hilang. Mistikisme yang progresif.

Saat ini, sebagai kutub oposisi dari sejarah, proses ekonomi telah mengaburkan sosialisasi dari produksi dan manusia. Politik, dalam kebalikannya, bertendensi untuk memisahkan mereka, untuk mempertahankan mereka sebagai landasan yang memudahkan pertukaran kapital. Bentuk komunis menjadi lebih dan lebih kuat di bawah dunia kapitalis tua. Demokrasi terlihat seperti upaya-upaya pendamaian antara masa lalu, yang telah berlangsung dalam kenyataan aktual kita, dan masa depan – masyarakat komunis. Mistifikasi sangatlah reaksioner.


5.1.6. Hal ini kerapkali diucapkan bahwa benih-benih (beberapa bahkan mengatakan bentuk-bentuk) demokrasi dapat ditemukan dari asal-usul kehidupan dari spesies kita, dalam komunisme primitif. Bagaimanapun hal ini adalah sebuah kesalahpahaman untuk melihat manifestasi bentuk tertinggi dari benih-benih yang muncul secara sporadis dalam sebuah bentuk inferior. “Demokrasi” ini terlihat dalam keadaan yang sangat spesifik. Sekali ini berakhir, itu berarti kembali kepada model awal organisasi. Sebagai contoh: demokrasi militer di mana sekarang itu telah dimulai. Sebuah pemilihan pemimpin yang mengambil tempat di waktu yang partikular dan untuk tugas yang spesifik. Segera sesudah mereka menjadi cerdik, pemimpin telah diserap kembali ke dalam komunitas. Demokrasi yang nampak temporer telah terserap kembali. Hal ini sama persis dengan bentuk-bentuk kapital yang oleh Marx disebut anti-deluvian[2]. Riba adalah bentuk arkaik dari kapital-uang yang bisa muncul dalam masyarakat-masyarakat kuno. Tapi eksistensinya selalu berbahaya, karena masyarakat mempertahankannya melawan efek kemampuan membayar hutangnya dan membuangnya. Hal ini hanya terjadi ketika seseorang menjadi komoditi, kapital tersebut dapat mengembangkan dalam fondasi yang aman dan tidak lama akan diserap kembali. Demokrasi hanya bisa benar-benar nampak dari momen di mana seseorang secara utuh telah terbagi, dan tali pusar penghubung mereka dengan masyarakat telah terpotong; itu adalah, saat mereka menjadi individu-individu.

Komunisme kadang-kadang bisa memanifestasikan dirinya sendiri di dalam masyarakat ini, tetapi akan selalu terserap kembali. Ia hanya akan bisa untuk mampu menyadari perkembangan dari momen saat komunitas material telah dihancurkan.


5. 1. 7. Fenomena demokratik bermunculan dengan jelas dalam dua periode sejarah: pada waktu pembubaran komunitas primitif di Yunani; dan dalam saat yang bersamaan adalah pembubaran komunitas feodal di Eropa Barat. Hal ini tidak diragukan lagi, bahwa selama periode kedua ini fenomena-fenomena itu muncul dengan intensitas yang hebat, karena manusia telah benar-benar tereduksi ke dalam status sebagai individu-individu dan relasi-relasi sosial kuno tidak dapat lagi menyatukan mereka. Revolusi borjuis sendiri selalu muncul dengan latar gerakan massa. Yang mana dari kebangkitan-kebangkitan masalah para borjuis adalah: bagaimana menyatukan mereka dan mencocokkan mereka dengan bentuk-bentuk sosial yang baru. Karenanya, para mania institusi dan pendukung dari hak dalam masyarakat borjuis. Revolusi borjuis adalah revolusi sosial dengan jiwa politik.

Selama revolusi komunis, massa akan diorganisir oleh masyarakat kapitalis. Mereka tidak akan mencari bentuk-bentuk baru dari organisasi tapi kehendak akan struktur dari kemenjadian kolektif baru, komunitas dari manusia. Penampakan-penampakan ini secara jelas terlihat saat aksi-aksi klas dalam sebuah waktu sebagai kemenjadian sejarah, saat ia kemudian mengkonstitusikan dirinya sendiri sebagai partai.

Hal ini telah dikatakan berkali-kali dalam gerakan komunis bahwa sebuah revolusi bukanlah mempermasalahkan bentuk-bentuk dari organisasi. Bagi masyarakat kapitalis, sebagai perbandingannya, segalanya adalah pertanyaan yang organisasional. Pada tahap awal dari perkembangannya, penampakan-penampakan ini adalah sebagai bentuk pencarian institusi-institusi yang baik; pada akhirnya adalah pencarian dari struktur mana yang terbaik untuk mengurung manusia dalam penjara-penjara kapital: fasisme. Secara ekstrim dalam kedua sisinhya, demokrasi adalah jantung dari pencarian ini: demokrasi politik pertama, lalu kemudian demokrasi sosial.


5.1.8. Mistifikasi bukanlah fenomena yang dirancang oleh anggota dari klas yang berkuasa, sebuah kebohongan yang mereka lakukan. Dengan begitu adalah cukup untuk mempunyai propaganda simpel yang cukup untuk menghapuskannya dari kepala setiap orang. Faktanya aksi-aksinya jauh di kedalaman struktur sosial, di dalam relasi-relasi sosial:

“Relasi sosial dari produksi menampakkan diri sebagai bagian terpisah sesuatu yang eksis dari kemanusiaan individu, dan relasi-relasi khusus dimana di dalamnya mereka memasuki jalan dari produksi dalam penampakan-penampakan  masyarakat yang munculsebagai  properti-properti spesifik dari ke-benda-an – kesesatan bentuk ini, realitas yang tidak tidak menarik ini, dengan cara-cara yang tidak imajinatif, misitifikasi hal ini adalah karateristik dari semua bentuk-bentuk sosial dari posisi tenaga kerja-upahan.”
(Marx – ‘Sumbangan untuk Kritik Ekonomi Politik’, Collected Works Vol 29 p.289)

Menjadi sangat penting untuk dijelaskan bagaimana cara-cara realitas yang dimistifikasi dan bagaimana mistifikasi yang sederhana ini pada awalnya, menjadi sangat hebat dan semakin hebat dan mencapai tahap maksimumnya dengan kapitalisme.


5.1.9. Secara original, komunitas manusia adalah subjek untuk diktatorian terhadap alam. Hal ini tentu bertentangan dari kepentingan untuk bertahan hidup. Diktatorian telah menjadi pengendali dan komunitas dalam totalitasnya telah menjadi subjek dari hal ini.

Dengan perkembangan dari klas-klas masyarakat, negara menampakkan dirinya sebagai representasi dari komunitas dan berpura-pura untuk menguatkan perjuangan manusia melawan alam. Bagaimanapun, kelemahan sumbangan atas perkembangan dari kekuatan-kekuatan produksi, diktatorian terhadap alam selalu menjadi efektif. Ia secara tidak langsung dan dimediasi oleh negara dan secara khusus mempertimbangkan dari strata golongan bawah. Saat negara mendefinisikan manusia, ia membuat manusia dari klas yang dominan sebagai substrata atas definisinya sendiri. Mistifikasi menjadi lengkap.


5.1.10. Di bawah kapitalisme, ada sebuah periode awal saat, sekalipun para borjuis telah mengambil kekuasaan, kapital hanya secara formal mendominasi. Banyak dari sisa-sisa bentuk-bentuk sosial sebelumnya menahan, merintangi dominasi kapital terhadap seluruh masyarakat. Ini adalah epos dari demokrasi politik dimana saat itu terdapat apologi atas kebebasan individu dan kompetisi bebas. Pemberian dari para borjuis ini adalah cara-cara pembebasan manusia. Bagaimanapun hal ini mengapa mistifikasi berarti:

“Dalam kompetisi bebas, kapital adalah yang terdesain bebas, bukan individu-individu.”
(Marx ‘Grundrisse’ Collected Works V. 29 p.38)

“Sebab itu… absurditas mengenai kompetisi bebas sebagai perkembangan puncak dari kebebasan manusia, dan negasi atas kompetisi bebas sebagai padanan dari negasi atas kebebasan individual dan atas produksi sosial yang berdasarkan pada kebebasan individual. Ia bukan hanya semacam kemungkinan perkembangan bebas pada pembatasan basis dari dominasi kapital. Oleh karena itu kebebasan individual tipe ini, pada saat yang sama, merupakan abolisi yang paling menyapu semua kebebasan individual dan penaklukan yang lengkap dari individualitas terhadap kondisi-kondisi sosial yang mengasumsikan bentuk dari kekuatan-kekuatan objektif, kesungguhan dari penaklukkan objek-objek – objek-objek independen dari keterhubungan satu individu dengan individu yang lainnya. Untuk dapat mengerti esensi dari kompetisi bebas adalah hanya dengan jawaban rasional dari glorifikasinya sendiri oleh nabi-nabi kelas menengah dan oleh anatematis para sosialis.”
(Marx ‘Grundrisse’ Collected Works V. 29 p.40)


5.1.11.
 “Demokrasi dan parlementarisme sangatlah dibutuhkan oleh para borjuis setelah kemenangan mereka dengan pemaksaan dan teror karena para borjuis menginginkan untuk memerintah masyarakat dan membaginya ke dalam klas-klas.”
(‘Battaglia Communista’, no.18, 1951)

Hal ini membutuhkan para pendamai untuk dapat mendominasi yang mana menjadi tidak mungkin karena dominasi seharusnya berlangsung semata-mata melalui teror. Setelah menaklukkan kekuatan dari kekerasan dan teror, para proletariat tidak lagi membutuhkan demokrasi, bukan karena klas-klas yang menghilang pada suatu hari dan seterusnya, tetapi karena tidak lagi dibutuhkan segala jenis topeng atau mistifikasi. Diktatorian dibutuhkan untuk menjaga kebangkitan kembali dari klas oposisi.

Selain itu, aksesi proletariat kepada Negara, adalah negasinya sendiri sebagai sebuah kelas, serta negasi dari kelas-kelas lain. Ini adalah awal dari penyatuan spesies, awal dari pembentukan masyarakat. Menuntut demokrasi akan mengimplikasikan perlunya konsiliasi antara klas-klas dan hal itu akan menjumlahkan keraguan bahwa komunisme adalah solusi untuk semua antagonisme, bahwa komunisme adalah rekonsiliasi manusia dengan dirinya sendiri.


5.1.12. Dengan kapital, pergerakan ekonomi tidak lagi terseparasi dari gerakan sosial. Serikat buruh mengambil peran bersamaan dengan pembelian dan penjualan tenaga kerja, tetapi ia berperan utama untuk menyebabkan submisi manusia terhadap kapital. Kapital mengangkat dirinya sebagai komunitas material dan di sana tidak ada lagi politik semenjak kapital sendiri yang mengatur manusia sebagai budak.

Sampai pada tahap sejarah terdapat separasi yang lebih atau kurang jelas antara produksi dan distribusi. Demokrasi politik bisa dipertimbangkan sebagai suatu cara mendistribusikan produk secara lebih merata. Tetapi ketika masyarakat material tercapai, produksi dan distribusi terhubung secara utuh. Keharusan dari sirkulasi adalah kondisi distribusi. Bagaimanapun juga sirkulasi adalah sesuatu yang tidak lagi sepenuhnya eksternal untuk produksi tetapi, untuk kapital, adalah saat yang esensial dari totalitas proses. Dengan demikian kapital itu sendiri yang mengkondisikan distribusi.

Semua orang memenuhi fungsi untuk modal yang secara fundamental mengandaikan keberadaan mereka. Dalam relasi dari pelaksanaan fungsi ini, setiap orang menerima distribusi dari produk tertentu melalui perantaraan upah. Kami memiliki demokrasi sosial. Kebijakan pendapatan merupakan sarana untuk mencapainya.


5.1.13. Pada periode dominasi formal kapital (demokrasi politik) demokrasi bukanlah suatu bentuk organisasi untuk menentang seperti misalnya terhadap kapital, itu adalah mekanisme yang digunakan oleh klas kapitalis untuk mencapai dominasi terhadap masyarakat. Selama periode ini semua bentuk organisasi yang termasuk dalam perjuangan sejenis ini mencapai hasil yang sama. Itulah sebabnya mengapa proletariat dapat juga dalam waktu tertentu mengintervensi daerah ini. Di sisi lain, oposisi juga dapat terjadi dalam klas yang sama, antara kaum borjuis industrial dan finansial, misalnya. Parlemen oleh karena itu, merupakan sebuah arena di mana berbagai kepentingan beradu. Proletariat dapat menggunakan parlemen sebagai platform untuk mencela mistifikasi demokratis dan dapat menggunakan hak pilih universal sebagai alat untuk mengatur klas.

Ketika modal mencapai dominasi sebenarnya, dan mengangkat dirinya sebagai sebuah komunitas material, pertanyaan itu diselesaikan: ia telah disita Negara. Penaklukan negara dari dalam tidak lagi menggambarkan dirinya sendiri karena ia tidak lebih dari:

"sebuah formalitas, haut goût[3] dari eksistensi populer, sebuah seremonial. Elemen dasar dari industri telah disetujui, kebohongan legal dari negara konstitusional, kebohongan bahwa negara adalah kepentingan rakyat, atau bahwa orang-orang adalah yang dipentingkan negara"
(Marx,."Kontribusi kepada Kritik atas  Filsafat Hukum Hegel” Collected Works V. 3 p65 - kata "rakyat" untuk menggantikan kata "bangsa" untuk mencocokkan penerjemahan sesuai dengan kutipan asli dari bahasa Perancis)


5.1.14. Negara demokrasi merepresentasikan ilusi dari kontrol masyarakat oleh manusia (bahwa manusia dapat mengarahkan fenomena ekonomi). Ia menyatakan orang berdaulat. Negara fasis adalah realisasi dari mistifikasi ini (dan pengertian ini ia dapat muncul sebagai negasinya sendiri). Manusia tidak berdaulat. Pada saat yang sama, pada kenyataannya, adalah bentuk pengakuan nyata dari negara kapitalis: dominasi absolut kapital. Kesatuan sosial tidak bisa eksis dengan perceraian antara teori dan praktek. Teori mengatakan: manusia itu berdaulat; praktek menegaskan: itu adalah kapital. Hanya sepanjang sebagai akhirnya ia tidak datang untuk mendominasi masyarakat secara absolut, yang mana adalah kemungkinan dari ketidakseimbangan. Dalam negara fasis realitas menundukkan ide untuk membuat ide yang nyata dari hal itu. Dalam negara demokratis ide menundukkan realitas untuk membuat suatu realitas imajiner dari hal tersebut. Demokrasi dari budak kapital menekan mistifikasi secara lebih baik untuk mencapainya. Para demokrat berkeinginan menyorotnya ketika mereka percaya dapat mendamaikan kaum proletar dengan kapital.

Masyarakat yang menemukan keberadaan dari opresi (yang menghapuskan dualitas, realitas/ketidakseimbangan pikir), perlu untuk menentang hal ini yang adalah sebuah liberatori[4] yang sedang mewakili semua masyarakat manusia: partai komunis.


5.1.15. Para teoris abad kesembilan belas sebagian besar adalah statis. Mereka berpikir bahwa mereka bisa menyelesaikan fakta sosial di tingkat negara. Mereka mediatis.

Hanya ketidakmengertian mereka bahwa proletariat tidak hanya harus menghancurkan mesin negara yang lama, tetapi juga harus meletakkan hal lain di tempatnya. Banyak dari para sosialis yang percaya bahwa adalah mungkin untuk menaklukkan negara dari dalam dan kaum anarkis berkeyakinan bahwa siapapun dapat menghapuskan negara dari satu hari ke hingga melenyap selamanya.

Para teoritis abad duapuluh adalah korporatis karena mereka berpikir bahwa itu hanyalah masalah pengorganisasian produksi dan segala sesuatu tentang humanisme adalah untuk menyelesaikan semua masalah. Mereka adalah para imediatis.

Ini merupakan bukti tidak langsung dari teori proletariat. Untuk mengatakan bahwa adalah perlu untuk mendamaikan kaum proletar dengan gerak ekonomi, adalah untuk mengakui bahwa solusi hanya bisa muncul di ranah ini. Imediatisme ini muncul dari fakta bahwa masyarakat komunis selamanya meperkuat kapitalisme itu sendiri dari dalam. Ini bukan pertanyaan tentang mendamaikan dua hal, tetapi tentang menghancurkan kekuatan kapital, kekuatan yang terorganisir, negara kapitalis, yang mempertahankan monopoli swasta ketika semua mekanisme ekonomi cenderung untuk membuatnya menghilang. Solusi komunis adalah menengahi. Realitas tampaknya untuk menghindari negara, perlu untuk menyorotnya dan, pada saat yang sama, untuk menunjukkan perlunya negara lain yang sementara: kediktatoran proletariat.


5.1.16. Perkembangan ke arah demokrasi sosial telah didiskon semenjak awal: 

"Sementara kekuatan uang bukanlah hubungan dari benda-benda dan manusia, hubungan-hubungan sosial harus diatur politik dan agama."
(Marx)

Marx selalu mencela penipuan politik dan memposisikan secara jelas hubungan-hubungan nyata: 

"Oleh karena itu adalah suatu keharusan alam, esensi dari kekayaan manusia bagaimanapun mengasingkan mereka sedemikian rupa, dan ketertarikan yang mengendalikan anggota-anggota masyarakat sipil bersama-sama; sipil, bukan kehidupan politik sebagai ikatan nyata mereka ".
('Keluarga Kudus' Collected Works Vol. 4 p.120)

"Justru perbudakan masyarakat sipil tampil dalam kebebasan terbesar karena dalam tampilanlah perkembangan sepenuhnya dari independensi individu, yang menganggap sebagai kebebasannya sendiri sebagai gerakan tak terkendali, tidak lagi terikat oleh ikatan umum atau manusia, unsur-unsur keterasingan hidupnya, seperti properti, industri, agama, dll, sedangkan sebenarnya ini adalah perkembangan sepenuhnya dari perbudakan itu sendiri dan kebiadaban. Hukum telah mengambil tempat istimewa di sini."
('Keluarga Kudus' Collected Works Vol. 4 p.116)

Pertanyaan mengenai demokrasi hanya tetap dalam bentuk lain sebagai oposisi palsu antara persaingan dan monopoli. Komunitas material mengintegrasikan keduanya. Dengan fasisme (= demokrasi sosial), demokrasi dan diktatorian juga ikut terintegrasi. Ini adalah cara untuk mengatasi anarki.

"Anarki adalah hukum masyarakat sipil yang terbebaskan dari beragam keistimewaan, dan anarki masyarakat sipil adalah dasar dari sistem publik modern, seperti sistem publik pada gilirannya adalah jaminan anarki itu sendiri. Pada tahap yang sama saat keduanya bertentangan satu sama lain mereka juga menentukan satu sama lain "
('Keluarga Kudus' Collected Works Vol 4 p.117).


5.1.17. Sekarang klas borjuis, yang memimpin revolusi yang memungkinkan pengembangan kapital, telah menghilang, dan telah digantikan oleh klas kapitalis yang hidup dengan kapital dan proses kenaikan harganya, dominasi kapital-kapital telah dijamin (fasisme) dan karena itu ada tidak lagi membutuhkan sebuah konsiliasi politik, semenjak itu menjadi tak berguna, kecuali untuk konsiliasi ekonomi (korporatisme, doktrin mengenai kebutuhan, dll), dan merupakan kelas menengah yang sangat mahir mengenai demokrasi. Hanya dalam perkembangan lanjut dari kapitalisme, semakin banyak ilusi untuk dapat berbagi dengan manajemen modal melenyap. Semua yang tersisa adalah permintaan untuk demokrasi sosial dengan pretensi politik: perencanaan demokratis, pemenuhan kerja, dll. Bagaimanapun adalah dengan menciptakan jaminan sosial, bersamaan dengan usaha mempertahankan pemenuhan kerja yang diakuinya, masyarakat kapitalis mencapai demokrasi sosial dalam pertanyaan: bahwa itu adalah perbudakan kepada kapital.

Dengan perkembangan kelas menengah baru permintaan demokrasi mengambil nada - hanya - komunisme.


5.1.18. Apa yang telah ditulis di atas berkaitan dengan area Eropa/Amerika Utara dan tidak memiliki keabsahan untuk negara-negara di mana modus produksi Asiatik untuk waktu yang lama telah mendominasi sejak awal (Asia, Afrika) atau dimana masih mendominasi (misalnya India). Di negara-negara ini, individu belum diproduksi. Milik pribadi dapat muncul tetapi tidak bisa bersifat otonom sendiri, semunya itu sama bagi individu. Hal ini terkait dengan kondisi-kondisi geo-sosial negara-negara ini dan menjelaskan kemustahilan modal mengembangkan diri di sana, asalkan tidak membentuk diri sebagai masyarakat. Dengan kata lain, hanya ketika telah mencapai tahap ini kapitalisme akan dapat menggantikan masyarakat kuno dan dengan demikian menaklukkan zona-zona yang luar biasa besar. Hanya saja, di negara-negara ini, orang-orang tidak bisa berperilaku seperti di Barat. Politik demokrasi selalu dihindari. Satu hal yang dapat memiliki, paling tidak, hanya demokrasi sosial.

Inilah sebabnya mengapa di negara-negara yang paling disiksa oleh implantasi kapitalisme kita memiliki fenomena ganda: sebuah konsiliasi antara gerakan nyata dan masyarakat kuno, dan di sisi lain dengan masyarakat masa depan: komunis. Maka terdapat kesulitan berurusan dengan masyarakat seperti ini. Dengan kata lain, sebagian besar seluruh umat manusia tidak akan tahu mengenai mistifikasi demokrasi seperti yang dikenal di Barat. Ini adalah fakta positif bagi revolusi yang akan datang.

Dan berkenaan dengan Rusia, kita memiliki kasus tingkat menengah. Kita bisa mencatat bagaimana kapitalisme kesulitan didirikan di sana. Sehingga ia memerlukan sebuah revolusi proletar. Di sana juga, demokrasi politik Barat tidak memiliki dasar untuk pengembangan dan kita dapat mencatat bahwa ia tidak bisa berkembang di sana. Seperti yang terjadi di Barat kontemporer, kita akan memiliki demokrasi sosial. Sayangnya di sana juga, kontra-revolusi membawa racun dalam bentuk demokrasi proletar dan, bagi banyak orang, involusi revolusi harus dicari dalam realisasi non-demokrasi.

Revolusi komunis akan dimulai lagi, dengan mengakui fakta-fakta ini dan memberi mereka kepentingan penuh mereka. Kaum proletar akan menyusun kembali dirinya sebagai klas dan demikian juga sebagai partai, dengan cara ini menggantikan batas-batas sempit dari semua klas masyarakat. Spesies manusia akhirnya akan bersatu dan menjadi tunggal.


5.1.19. Semua bentuk-bentuk sejarah demokrasi bersesuaian dalam tahap perkembangan dimana produksi masih terbatas. Berbagai revolusi yang diikuti satu sama lain adalah revolusi parsial. Kemajuan ekonomi tidak dapat terjadi, dan untuk mengembangkannya, tak dapat terjadi tanpa eksploitasi klas. Kita dapat mencatat bahwa sejak jaman purbakala revolusi telah memberi kontribusi pada emansipasi sebagai bagian dari peningkatan kemanusiaan. Yang dari mana muncul ide bahwa kita sedang bergerak menuju demokrasi yang sempurna, pertemuan bersama semua orang yang demokratis. Akibatnya banyak yang terburu-buru untuk membuat persamaan: sosialisme = demokrasi. Memang benar bahwa adalah mungkin untuk mengatakan, bahwa dengan revolusi komunis dan kediktatoran kaum proletar, adalah sebuah bagian besar dari kemanusiaan sebelum masuk ke domain demokrasi yang ideal ini, dan bahwa dengan menggeneralkan kondisi proletar kepada seluruh masyarakat, proletariat menghapuskan klas-klas dan mencapai demokrasi (yang mana dalam 'Manifesto Komunis' dinyatakan bahwa revolusi adalah penaklukan atas demokrasi). Namun sangat perlu untuk ditambahkan, pada lintasan hingga pada limitnya, generalisasi ini, pada saat yang sama adalah penghancuran dari demokrasi. Karena pada saat yang sama, massa manusia tetap tidak didasari dengan status sejumlah individu sederhana, kesetaraan-kesetaraan dalam hak tidak pada kenyataannya. Itu hanya bisa menjadi kenyataan untuk sesaat yang sangat singkat dalam sejarah, karena perimbangan yang dipaksakan. Kemanusiaan akan membentuk dirinya dalam sebuah kolektif, yang Gemeinwesen[5]. Hal ini lahir di luar fenomena demokratis, dan itu adalah dalam bentuk proletariat yang membentuk dirinya sebagai partai yang berusaha mentransmisikan hal ini kepada masyarakat. Ketika seseorang melewati masyarakat masa depan, ada perubahan kualitatif, dan bukan hanya semata-mata kuantitatif. Demokrasi berarti adalah "aturan anti-marxis dari ketidakberdayaan kuantitas, untuk selama-lamanya, untuk menjadi kualitas". Untuk menuntut demokrasi bagi masyarakat pasca-revolusioner adalah berarti meminta impotensi. Sebagai tambahan, revolusi komunis tidak lagi sebuah revolusi parsial. Dengan itu, emansipasi progresif selesai, dan emansipasi radikal dicapai. Di sini, lagi-lagi ada lompatan kualitatif.


5.1.20. Demokrasi didasarkan pada dualisme, dan merupakan sarana untuk mengatasi itu. Jadi ia menyelesaikan dualisme antara jiwa dan materi, yang setara dengan seseorang yang hebat dengan massa, melalui delegasi kekuasaan, antara warga negara dan manusia, melalui surat suara dan hak pilih universal. Bahkan dengan dalih aksesi untuk realitas total yang, ada sebuah delegasi dari kedaulatan manusia untuk negara. Manusia melepaskan dirinya dari kekuatannya sebagai manusia.

Pemisahan kekuasaan membutuhkan persatuan mereka dan ini selalu dilakukan dengan melanggar konstitusi. Kekerasan ini didirikan pada perceraian antara situasi dalam fakta dan situasi dalam hak. Dari satu bagian ke bagian yang lain yang dijamin dengan kekerasan.

Prinsip demokrasi dalam kenyataannya hanya penerimaan tentang fakta yang diberikan: pada pemotongan realitas, dualisme yang terkait dengan masyarakat kelas.


5.1.21. Seringkali beberapa keinginan menentang demokrasi pada umumnya, adalah konsep yang kosong, dengan sebuah bentuk demokrasi yang akan menjadi kunci untuk emansipasi manusia. Sekarang apa faktanya, bahwa karakteristiknya tidak hanya bertentangan dengan konsep umum, tetapi harus dengan negasi terhadapnya? Pada kenyataannya teorisasi demokrasi partikular (demokrasi proletar misalnya) masih menghindar lompatan kuantitatif. Memang, baik bentuk demokrasi yang dimaksud benar-benar bertentangan dengan konsep umum tentang demokrasi, dan dengan demikian benar-benar sesuatu yang lain (mengapa, kemudian, menyebutnya demokrasi?), atau kompatibel dengan konsep ini, dan hanya melahirkan kontradiksi dari sifat kuantitatif (misalnya bahwa itu mencakup sejumlah besar dari orang-orang), dan, karena itu, tidak melampaui batas-batas konsep tersebut, bahkan jika hal itu berkecenderungan untuk mendorong mereka kembali. Tesis ini sering muncul dalam bentuk: demokrasi proletar bukanlah demokrasi borjuis, dan yang satu akan berbicara tentang demokrasi langsung untuk menunjukkan bahwa sementara keduanya membutuhkan jeda, suatu dualitas (delegasi kekuasaan-kekuasaan), hal yang pertama menyangkal ini. Masyarakat masa depan kemudian didefinisikan sebagai realisasi dari demokrasi langsung.

Ini hanya negasi negatif masyarakat borjuis, dan bukan negasi positif. Ia masih berkeinginan mendefinisikan komunisme sebagai cara organisasi yang akan lebih baik untuk berbagai manifestasi manusia. Tetapi komunisme merupakan penegasan dari Gemeinwesen, terhadap manusia yang sebenarnya. Demokrasi langsung tampaknya menjadi sarana untuk mencapai komunisme. Namun komunisme tidakd diperlukan seperti layaknya ketidakutuhan akan mediasi. Ini bukan masalah memiliki atau melakukan, tetapi mengenai kemenjadian.


Catatan Penerjemah.
[1] Jacques Camatte adalah penulis Prancis yang dahulu adalah teoris Marxis dan merupakan anggota dari International Communist Party (ICP – Partai Komunis Internasional), organisasi komunis kiri Italia yang terkemuka dan dipengaruhi oleh Amadeo Bordiga, salah satu orang yang mencela USSR (Uni Soviet) sebagai kapitalis dan bertujuan untuk membangun kembali Leninisme yang “sejati”. Berdasarkan tesis awal dari Partai Komunis Italia (dibawah kepemimpinan Bordiga), mereka menolak segala jenis partisipasi dalam sistem pemilihan dan secara umum melihat demokrasi sebagai ketidakwajaran dari perspektif perjuangan klas dan segala jenis opresi yang berlangsung. Camatte meninggalkan ICP pada tahun 1966 sebagai sikap protes melawan kebangkitan “aktivisme”, dan untuk mempertahankan kemurnian teori revolusioner dalam publikasi jurnalnya bernama: Invariance.
Setelah menulis dan mempublikasikan sejumlah besar teks historis dari sudut pandang komunis kiri, dan mengkonsentrasikan analisanya pada penyingkapan tesis-tesis Marx, pada awal tahun 1970-an Camatte berbalik menentang perspektif Marx. Camatte malah melihat bahwa kapitalisme telah sukses dalam membentuk humanitas di dalam akumulasi keuntungannya, dan itu berarti segala “jenis” revolusi menjadi tidak mungkin lagi; itu juga berarti bahwa klas pekerja juga tidak lebih daripada bagian dari kapitalisme itu sendiri, dan jelas tidak mampu untuk merubah kondisi tersebut; bahwa segala gerakan revolusi di masa depan pada dasarnya akan lebih berupa pertempuran antara humanitas tersebut dengan kapitalis itu sendiri, ketimbang merupakan pertarungan klas-klas; dan bahwa kapital telah berhasil menjadi totaliter dalam struktur, tidak menyisakan apapun dan tidak tidak ada lagi sesuatu yang berada “di luar” kapitalisme yang tidak terpengaruh domestifikasinya. Pesimisme Camatte mengenai perspektif revolusi bersentuhan dengan ide bahwa kita bisa “meninggalkan dunia ini” dan hidup lebih dekat dengan alam, dan kemudian berhenti untuk mengendalikan anak-anak dan membelokkan spirit kewarasan natural mereka.
 Tulisan-tulisan Camatte sangat sulit di dapatkan, kebanyakan di tulis dalam bahasa Prancis dan Inggris, dan mungkin agak sulit untuk dimengerti. Karena alasan-alasan inilah, banyak aspek dari pemikiran Camatte yang kemudian menjadi kurang familiar dan jarang disentuh. Tulisan-tulisannya, bagaimanapun juga telah berhasil menjadi pondasi untuk landasan kritik yang lebih maju bagi beberapa kalangan anarkis, dan terutama kritik-kritiknya mengenai totalitas.
[2] Anti deluvian: anti kekunoan. Bisa juga dimengerti sebagai kemodernan.
[3] Haut goût berasal dari bahasa Jerman yang berarti rumah jagal.
[4] Liberatori adalah sebuah terminologi untuk menggambarkan bagaimana setiap upaya pembebasan (dalam hal ini seperti praktik-praktik revolusioner) telah berhasil didomestifikasikan oleh kapital dan menjadi bagian internal dari kapital itu sendiri.
[5] Gemeinwesen berarti komunitas.

Teks ini diterjemahkan oleh Reuben Augusto dari teks berbahasa Inggris yang berjudul “The Democratic Mystification” yang diunduh dari Zine Library (http://zinelibrary.net) dengan judul yang sama.